Senin, 05 November 2012
prosedur pendirian koperasi
PROSEDUR PENDIRIAN KOPERASI MEMBANGUN KOPERASI KOPERASI MEMBANGUN
(PROSEDUR PENDIRIAN KOPERASI) Suatu koperasi hanya dapat didirikan bila
memenuhi persyaratan dalam mendirikan koperasi. Syarat-syarat
pembentukan koperasi berdasarkan Keputusan Menteri Negara Koperasi Dan
Usaha Kecil Dan Menengah Republik Indonesia Nomor:
104.1/Kep/M.Kukm/X/2002 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Pembentukan,
Pengesahan Akta Pendirian Dan Perubahan Anggaran Dasar Koperasi, adalah
sebagai berikut :
a. Koperasi primer dibentuk dan didirikan oleh sekurang-kurangnya dua
puluh orang yang mempunyai kegiatan dan kepentingan ekonomi yang sama;
b. Pendiri koperasi primer sebagaimana tersebut pada huruf a adalah
Warga Negara Indonesia, cakap secara hukum dan maupun melakukan
perbuatan hukum;
c. Usaha yang akan dilaksanakan oleh koperasi harus layak secara
ekonomi, dikelola secara efisien dan mampu memberikan manfaat ekonomi
yang nyata bagi anggota
d. Modal sendiri harus cukup tersedia untuk mendukung kegiatan usaha
yang akan dilaksanakan oleh koperasi;
e. Memiliki tenaga terampil dan mampu untuk mengelola koperasi. Selain
persyaratan diatas, perlu juga diperhatikan beberapa hal-hal penting
yang harus diperhatikan dalam pembentukan koperasi yang dikemukakan
oleh Suarny Amran et.al (2000:62) antara lain sebagai berikut :
a. Orang-orang yang akan mendirikan koperasi dan yang nantinya akan
menjadi anggota koperasi hendaknya mempunyai kegiatan dan kepentingan
ekonomi yang sama. Artinya tidak setiap orang dapat mendirikan dan atau
menjadi anggota koperasi tanpa didasarkan pada adanya keje-lasan
mengenai kegiatan atau kepentingan ekonomi yang akan dijalankan.
Kegiatan ekonomi yang sama diartikan, memiliki profesi atau usaha yang
sama, sedangkan kepentingan ekonomi yang sama diartikan memiliki
kebutuhan ekonomi yang sama.
b. Usaha yang akan dilaksanakan oleh koperasi harus layak secara
ekonomi. Layak secara ekonomi diartikan bahwa usaha tersebut akan
dikelola secara efisien dan mampu menghasilkan keuntungan usaha dengan
mem-perhatikan faktor-faktor tenaga kerja, modal dan teknologi.
c. Modal sendiri harus cukup tersedia untuk mendukung kegiatan usaha
yang akan dilaksanakan oleh koperasi. Hal tersebut dimaksudkan agar
kegiatan usaha koperasi dapat segera dilaksanakan tanpa menutup
kemungkinan memperoleh bantuan, fasilitas dan pinjaman dari pihak luar.
d. Kepengurusan dan manajemen harus disesuaikan dengan kegiatan usaha
yang akan dilaksanakan agar tercapai efektivitas dan efisiensi dalam
pe-ngelolaan koperasi. Perlu diperhatikan mereka yang nantinya
ditunjuk/ dipilih menjadi pengurus haruslah orang yang memiliki
kejujuran, kemampuan dan kepemimpinan, agar koperasi yangdidirikan
tersebut sejak dini telah memiliki kepengurusan Setelah persyaratan
terpenuhi para pendiri kemudian mempersiapkan hal-hal yang dibutuhkan
untuk mengadakan rapat pembentukan koperasi, setelah memiliki bekal
yang cukup dan telah siap para pendiri melakukan rapat pembentukan
koperasi yang dihadiri dinas koperasi dan pejabat lainnya, pendirian
koperasi tidak sampai disana karena lembaga koperasi yang telah
didirikan perlu disahkan badan hukumnya. Penjelasan lebih lanjut
mengenai tahapan-tahapan tersebut diuraikan di bawah ini :
A. Tahap Persiapan Pendirian Koperasi
Sekelompok orang bertekad untuk mendirikan sebuah koperasi terlebih
dahulu perlu memahami maksud dan tujuan pendirian koperasi, untuk itu
perwakilan dari pendiri dapat meminta bantuan kepada Dinas Koperasi dan
UKM ataupun lembaga pendidikan koperasi lainnya untuk memberikan
penyuluhan dan pendidikan serta pelatihan mengenai pengertian, maksud,
tujuan, struktur organisasi, manajemen, prinsip-prinsip koperasi, dan
prospek pengembangan koperasi bagi pendiri. Setelah mendapatkan
penyuluhan dan pelatihan perkoperasian, para pendiri sebaiknya
membentuk panitia persiapan pembentukan koperasi, yang bertugas :
a. Menyiapkan dan menyampaikan undangan kepada calon anggota, pejabat
pemerintahan dan pejabat koperasi.
b. Mempersiapakan acara rapat.
c. Mempersiapkan tempat acara.
d. Hal-hal lain yang berhubungan dengan pembentukan koperasi. B.
Tahap rapat pembentukan koperasi
Setelah tahap persiapan selesai dan para pendiri pembentukan koperasi
telah memiliki bekal yang cukup dan telah siap melakukan rapat
pembentukan koperasi. Rapat pembentukan koperasi harus dihadiri oleh 20
orang calon anggota sebagai syarat sahnya pembentukan koperasi primer.
Selain itu, pejabat desa dan pejabat Dinas Koperasi dan UKM dapat
diminta hadir untuk membantu kelancaran jalannya rapat dan memberikan
petunjuk-petunjuk seperlunya.
Hal-hal yang dibahas pada saat rapat pembentukan koperasi , dapat
dirinci sebagai berikut :
Pembuatan dan pengesahan akta pendirian koperasi , yaitu surat
keterangan tentang pendirian koperasi yang berisi pernyataan dari para
kuasa pendiri yang ditunjuk dan diberi kuasa dalam suatu rapat
pembentukan koperasi untuk menandatangani Anggaran Dasar pada saat
pembentukan koperasi.
Pembuatan Anggaran Dasar koperasi, yaitu pembuatan aturan dasar
tertulis yang memuat tata kehidupan koperasi yang disusun dan
disepakati oleh para pendiri koperasi pada saat rapat pembentukan.
Konsep Anggaran Dasar koperasi sebelumnya disusun oleh panitia pendiri,
kemudian panitia pendiri itu mengajukan rancangan Anggaran Dasarnya
pada saat rapat pembentukan untuk disepakati dan disahkan. Anggaran
Dasar biasanya mengemukakan :
Nama dan tempat kedudukan, maksudnya dalam Anggaran Dasar tersebut
dicantumkan nama koperasi yang akan dibentuk dan lokasi atau wilayah
kerja koperasi tersebut berada.
Landasan, asas dan prinsip koperasi, di dalam Anggaran Dasar
dikemukakan landasan, asas dan prinsip koperasi yang akan dianut oleh
koperasi.
Maksud dan tujuan, yaitu pernyataan misi, visi serta sasaran
pembentukan koperasi.
Kegiatan usaha, merupakan pernyataan jenis koperasi dan usaha yang akan
dilaksanakan koperasi. Dasar penentuan jenis koperasi adalah kesamaan
aktivitas, kepentingan dan kebutuhan ekonomi para anggotanya. Misalnya,
koperasi simpan pinjam, koperasi konsumen, koperasi produsen, koperasi
pemasaran dan koperasi jasa atau koperasi serba usaha.
Keanggotaan, yaitu aturan-aturan yang menyangkut urusan keanggotaan
koperasi. Urusan keanggotaan ini dapat ditentukan sesuai dengan
kegiatan usaha koperasi yang akan dibentuknya. Biasanya ketentuan
mengenai keanggotaan membahas persyaratan dan prosedur menjadi anggota
koperasi , kewajiban dan hak-hak dari anggota serta ketentuan-ketentuan
dalam mengakhiri status keanggotaan pada koperasi.
Perangkat koperasi, yaitu unsur-unsur yang terdapat pada organisasi
koperasi. Perangkat koperasi tersebut, sebagai berikut : * Rapat
Anggota. Dalam Anggaran Dasar dibahas mengenai kedudukan rapat anggota
di dalam koperasi, penetapan waktu pelaksanaan rapat anggota, hal-hal
yang dapat dibahas dalam rapat anggota, agenda acara rapat anggota
tahunan, dan syarat sahnya pelaksanaan rapat anggota koperasi. *
Pengurus. Dalam Anggaran Dasar dijabarkan tentang kedudukan pengurus
dalam koperasi, persyaratan dan masa jabatan pengurus, tugas, kewajiban
serta wewenang dari pengurus koperasi. * Pengawas. Dalam Anggaran Dasar
dijabarkan tentang kedudukan pengawas dalam koperasi, persyaratan dan
masa jabatan pengawas, tugas serta wewenang dari pengawas koperasi. *
Selain dari ketiga perangkat tersebut dapat ditambahkan pula pembina
atau badan penasehat.
Ketentuan mengenai permodalan perusahaan koperasi, yaitu pembahasan
mengenai jenis modal yang dimiliki (modal sendiri dan modal pinjaman),
ketentuan mengenai jumlah simpanan pokok dan simpanan wajib yang harus
dibayar oleh anggota.
Ketentuan mengenai pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU), yaitu ketentuan
yang membahas penjelasan mengenai SHU serta peruntukan SHU koperasi
yang didapat.
Pembubaran dan penyelesaian, membahas tata-cara pembubaran koperasi dan
penyelesaian masalah koperasi setelah dilakukan pembubaran. Biasanya
penjelasan yang lebih rinci mengenai hal ini dikemukakan lebih lanjut
dalam Anggaran Rumah Tangga atau aturan lainnya.
Sanksi-sanksi, merupakan ketentuan mengenai sanksi yang diberikan
kepada anggota, pengurus dan pengawas koperasi,
karena terjadinya pelanggaran-pelanggaran terhadap Anggaran Dasar atau
aturan lain-nya yang telah ditetapkan.
Anggaran rumah tangga dan peraturan khusus, yaitu ketentuan-ketentuan
pelaksana dalam Anggaran Dasar yang sebelumnya dimuat dalam Anggaran
Dasar.
Penutup
c. Pembentukan pengurus, pengawas, yaitu memilih anggota orang-orang
yang akan dibebani tugas dan tanggungjawab atas pengelolaan, pengawasan
di koperasi
d. Neraca awal koperasi, merupakan perincian posisi aktiva dan pasiva
diawal pembentukan koperasi
e. Rencana kegiatan usaha, dapat berisikan latar belakang dan dasar
pembentukan serta rencana kerja koperasi pada masa akan datang.
C. Pengesahan badan hukum Setelah terbentuk pengurus dalam rapat
pendirian koperasi, maka untuk mendapatkan badan hukum koperasi,
pengurus/pendiri/kuasa pendiri harus mengajukan permohonan badan hukum
kepada pejabat terkait, sebagai berikut : a. Para pendiri atau kuasa
pendiri koperasi terlebih dulu mengajukan permohonan pengesahan akta
pendirian secara tertulis kepada diajukan kepada Kepala Dinas Koperasi
dan Usaha Kecil Menengah, dengan melampirkan :
1. Anggaran Dasar Koperasi yang sudah ditandatangani pengurus rangkap
dua, aslinya bermaterai)
2. Berita acara rapat pendirian koperasi.
3. Surat undangan rapat pembentukan koperasi
4. Daftar hadir rapat.
5. Daftar alamat lengkap pendiri koperasi.
6. Daftar susunan pengurus, dilengkapi photo copy KTP (untuk KSP/USP
dilengkapi riwayat hidup).
7. Rencana awal kegiatan usaha koperasi.
8. Neraca permulaan dan tanda setor modal minimal Rp.5.000.000 (lima
juta rupiah) bagi koperasi primer dan Rp.15.000.000 (lima belas juta
rupiah) bagi koperasi sekunder yang berasal dari simpanan pokok, wajib,
hibah.
9. Khusus untuk KSP/USP disertai lampiran surat bukti penyetoran modal
sendiri minimal Rp. 15.000.000 (lima belas juta rupiah) bagi koperasi
primer dan Rp.50.000.000 (lima puluh juta rupiah) bagi koperasi
sekunder yang berupa deposito pada bank pemerintah.
10. Mengisi formulir isian data koperasi.
11. Surat keterangan dari desa yang diketahui oleh camat.
b. Membayar tarif pendaftaran pengesahan akta pendirian koperasi
sebesar Rp. 100.000 (seratus ribu rupiah).
c. Apabila permintaan pengesahaan akta pendirian koperasi telah
dilakukan sesuai dengan ketentuan di atas kepada pendiri atau kuasa
pendiri diberikan bukti penerimaan.
d. Pejabat koperasi, yaitu Kepala Dinas Koperasi dan UKM akan
memberikan pengesahaan terhadap akta koperasi apabila ternyata setelah
diadakan penelitian Anggaran dasar koperasi.
- tidak bertentangan dengan Undang-undang Nomor 25 tahun 1992 tentang
perkoperasian, dan
- tidak bertentangan dengan ketertiban umum dan kesusilaan.
e. Pejabat selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan terhitung sejak penerimaan
permohonan pengesahan badan hukum dari koperasi yang bersangkutan harus
telah memberikan jawaban pengesahannya. Tetapi biasanya proses
pengesahan di dinas koperasi dapat selesai hanya dalam waktu 3 (tiga)
minggu. f. Bila Pejabat berpendapat bahwa Akte Pendirian/Anggaran Dasar
tersebut tidak bertentangan dengan ketentuan Undang-undang koperasi dan
peraturan pelaksananya serta kegiatannya sesuai dengan tujuan, maka
akte pendirian di daftar dengan nomor urut dalam Buku Daftar Umum.
Kedua buah Akte Pendirian/Anggaran Dasar tersebut dibubuhi tanggal,
nomor pendaftaran tentang tanda pengesahan oleh Pejabat a.n Menteri.
g. Tanggal pendaftaran akte Pendirian berlaku sebagai tanggal sesuai
berdirinya koperasi yang mempunyai badan hukum, kemudian Pejabat
mengumumkan pengesahan akta pendirian di dalam Berita Negara Republik
Indonesia
h. Buku Daftar Umum serta Akte-Akte salinan/petikan ART/AD Koperasi
dapat diperoleh oleh pengurus koperasi dengan mengganti biaya fotocopy
dan harus dilegalisir oleh Pejabat Koperasi yang bersangkutan. Biaya
yang dikenakan untuk hal di atas adalah Rp. 25.000
i. Dalam hal permintaan pengesahan akta pendirian ditolak, alasan
penolakan diberitahukan oleh pejabat kepada para pendiri secara
tertulis dalam waktu paling lambat 3 (tiga) bulan setelah diterimanya
permintaan.
j. Terhadap penolakan pengesahan akta pendirian para pendiri dapat
mengajukan permintaan ulang dalam waktu paling lama 1 (satu) bulan
sejak diterimanya penolakan.
k. Keputusan terhadap pengajuan permintaan ulang diberikan dalam jangka
waktu paling lama 1 (satu) bulan sejak diterimanya pengajuan permintaan
ulang. Penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara Kementerian
Koperasi dan UKM Republik Indonesia dengan Ikatan Notaris Indonesia
pada tanggal 4 Mei 2004 dan Keputusan Menteri Koperasi dan UKM RI Nomor
: 98/KEP/M.KUKM/IX/2004 tentang Notaris Sebagai Pembuat Akta Koperasi
membuat perubahan dalam prosedur pendirian koperasi yaitu proses
pembuatan akta pendirian, perubahan anggaran dasar, dan akta-akta lain
berkaitan dengan koperasi sebagai badan hukum maka hal tersebut
dilakukan dihadapan notaris. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan
mutu pelayanan hukum kepada masyarakat. Berdasarkan Kepmen No.98 tahun
2004, prosedur pendirian koperasi yang melibatkan notaris di dalamnya,
masih mengikuti prosedur yang ada, tetapi ada beberapa tahapan yang
melibatkan notaris yaitu :
Rapat pembentukan koperasi selain mengundang minimal 20 orang calon
anggota, pejabat desa, pejabat dinas koperasi hendaknya mengundang pula
notaris yang telah ditunjuk pendiri koperasi, yaitu notaris yang telah
berwenang menjalankan jabatan sesuai dengan jabatan notaris,
berkedudukan di wilayah koperasi itu berada (dalam hal ini berkedudukan
di Kabupaten Bandung), serta memiliki sertifikat tanda bukti telah
mengikuti pembekalan di bidang perkoperasian yang ditandatangani oleh
menteri koperasi dan UKM RI.
Notaris yang telah membuat akta pendirian koperasi sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku kemudian membacakan dan
menjelaskan isinya kepada para pendiri, anggota atau kuasanya sebelum
menanda-tangani akta tersebut.
Kemudian akta pendirian koperasi yang telah dibuat notaris pembuat akta
koperasi disampaikan kepada pejabat dinas koperasi untuk dimintakan
pengesahannya, sesuai dengan peraturan yang berlaku.
pasal pasal koperasi
PASAL-PASAL TENTANG KOPERASI
Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA
SIMPAN PINJAM OLEH KOPERASI.
PASAL-PASAL TENTANG KOPERASI
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Yang dimaksud dalam Peraturan Pemerintah ini dengan:
1. Kegiatan usaha simpan pinjam adalah kegiatan yang dilakukan untuk
menghimpun dana dan menyalurkannya melalui kegiatan usaha simpan pinjam
dari dan untuk anggota koperasi yang bersangkutan, calon anggota
koperasi yang bersangkutan, koperasi lain dan atau anggotanya.
2. Koperasi Simpan Pinjam adalah koperasi yang kegiatannya hanya usaha
simpan pinjam.
3. Unit Simpan Pinjam adalah unit koperasi yang bergerak di bidang
usaha simpan pinjam, sebagai bagian dari kegiatan usaha Koperasi yang
bersangkutan.
4. Simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh anggota, calon anggota,
koperasi-koperasi lain dan atau anggotanya kepada koperasi dalam bentuk
tabungan, dan simpanan koperasi berjangka.
5. Simpanan Berjangka adalah simpanan di koperasi yang penyetorannya
dilakukan sekali dan penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu
tertentu menurut perjanjian antara penyimpan dengan koperasi yang
bersangkutan.
6. Tabungan Koperasi adalah simpanan di koperasi yang penyetorannya
dilakukan berangsur-angsur dan penarikannya hanya dapat dilakukan
menurut syarat tertentu yang disepakati antara penabung dengan koperasi
yang bersangkutan dengan menggunakan Buku Tabungan Koperasi.
7. Pinjaman adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam
antara Koperasi dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk
melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu disertai dengan
pembayaran sejumlah imbalan.
8. Menteri adalah Menteri yang membidangi koperasi.
BAB II
ORGANISASI
Bagian Pertama
Bentuk Organisasi
Pasal 2
(1) Kegiatan usaha simpan pinjam hanya dilaksanakan oleh Koperasi
Simpan Pinjam atau Unit Simpan Pinjam.
(2) Koperasi Simpan Pinjam dapat berbentuk Koperasi Primer atau
Koperasi Sekunder.
(3) Unit Simpan Pinjam dapat dibentuk oleh Koperasi Primer atau
Koperasi Sekunder.
Bagian Kedua
Pendirian
Bagian Kedua
Pendirian
Pasal 3
(1) Pendirian Koperasi Simpan Pinjam dilaksanakan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan mengenai persyaratan dan tata cara
pengesahan Akta Pendirian dan perubahan Anggaran Dasar Koperasi.
(2) Permintaan pengesahan Akta Pendirian Koperasi Simpan Pinjam
diajukan sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dengan tambahan lampiran:
a. rencana kerja sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun;
b. Administrasi dan pembukuan;
c. nama dan riwayat hidup calon Pengelola;
d. daftar sarana kerja.
(3) Pengesahan Akta Pendirian Koperasi Simpan Pinjam sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) berlaku sebagai izin usaha.
Pasal 4
(1) Permintaan pengesahan Akta Pendirian Koperasi yang membuka Unit
Simpan Pinjam diajukan sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 ayat (1) dan ayat (2).
(2) Pengesahan Akta Pendirian Koperasi sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) berlaku sebagai izin usaha.
Pasal 5
(1) Koperasi yang sudah berbadan hukum dan akan memperluas usahanya di
bidang simpan pinjam wajib mengadakan perubahan Anggaran Dasar dengan
mencantumkan usaha simpan pinjam sebagai salah satu usahanya.
(2) Tatacara perubahan Anggaran Dasar dilaksanakan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(3) Permintaan pengesahan perubahan Anggaran Dasar diajukan dengan
disertai tambahan lampiran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2).
(4) Pengesahan perubahan Anggaran Dasar sebagaimana dimaksud dalam ayat
(2) berlaku sebagai izin usaha. Bagian Ketiga Jaringan Pelayanan
Pasal 6
(1) Untuk meningkatkan pelayanan kepada anggota, Koperasi Simpan Pinjam
dan Unit Simpan Pinjam dapat membuka jaringan pelayanan simpan pinjam.
(2) Jaringan pelayanan simpan pinjam sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) berupa :
a. Kantor Cabang yang berfungsi mewakili Kantor Pusat dalam menjalankan
kegiatan usaha untuk menghimpun dana dan penyalurannya serta mempunyai
wewenang memutuskan pemberian pinjaman;
b.
Kantor Cabang Pembantu yang berfungsi mewakili Kantor Cabang dalam
menjalankan kegiatan usaha untuk menghimpun dana dan penyalurannya
serta mempunyai wewenang menerima permohonan pinjaman tetapi tidak
mempunyai wewenang untuk memutuskan pemberian pinjaman;
c. Kantor Kas yang berfungsi mewakili Kantor Cabang dalam menjalankan
kegiatan usaha untuk menghimpun dana.
Pasal 7
(1)Pembukaan Kantor Cabang harus memperoleh persetujuan dari Menteri.
(2) Pembukaan Kantor Cabang Pembantu dan Kantor Kas tidak diperlukan
persetujuan Menteri tetapi harus dilaporkan kepada Menteri paling
lambat 1 (satu) bulan terhitung sejak pembukaan kantor
BAB III
PENGELOLAAN
Pasal 8
(1) Pengelolaan kegiatan usaha simpan pinjam dilakukan oleh Pengurus.
(2) Pengelolaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat dilakukan
oleh Pengelola yang diangkat oleh Pengurus.
(3) Pengelola sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) bertanggung jawab
kepada Pengurus.
(4) Pengelola sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dapat berupa
perorangan atau badan usaha, termasuk yang berbentuk badan hukum.
(5) Dalam melaksanakan pengelolaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2),
Pengelola wajib mengadakan kontrak kerja dengan Pengurus.
Pasal 9
(1) Dalam hal Pengelola adalah perorangan, wajib memenuhi persyaratan
minimal sebagai berikut:
a. tidak pernah melakukan tindakan tercela di bidang keuangan dan atau
dihukum karena terbukti melakukan tindak pidana di bidang keuangan;
b. memiliki akhlak dan moral yang baik; c.mempunyai keahlian di bidang
keuangan atau pernah mengikuti pelatihan simpan pinjam atau magang
dalam usaha simpan pinjam.
(2) Dalam hal Pengelola adalah badan usaha wajib memenuhi persyaratan
minimal sebagai berikut:
a. memiliki kemampuan keuangan yang memadai;
b. memiliki tenaga managerial yang berkualitas baik.
Pasal 10
Dalam hal Pengurus secara langsung melakukan pengelolaan terhadap usaha
simpan pinjam maka berlaku ketentuan mengenai persyaratan Pengelola
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1).
Pasal 11
Dalam hal pengelolaan dilakukan oleh lebih dari 1 (satu) orang, maka:
a. sekurang-kurangnya 50% (lima puluh perseratus) dari jumlah Pengelola
wajib mempunyai keahlian di bidang keuangan atau pernah mengikuti
pelatihan di bidang simpan pinjam atau magang dalam usaha simpan
pinjam.
b. di antara Pengelola tidak boleh mempunyai hubungan keluarga sampai
derajat ke satu menurut garis lurus ke bawah maupun ke samping.
Pasal 12
(1) Pengelolaan Unit Simpan Pinjam dilakukan secara terpisah dari unit
usaha lainnya.
(2) Pendapatan Unit Simpan Pinjam setelah dikurangi biaya
penyelenggaraan kegiatan unit yang bersangkutan, dipergunakan untuk
keperluan sebagai berikut:
a. dibagikan kepada anggota secara berimbang berdasarkan nilai
transaksi;
b. pemupukan modal Unit Simpan Pinjam;
c. membiayai kegiatan lain yang menunjang Unit Simpan Pinjam.
(3) Sisa pendapatan Unit Simpan Pinjam setelah dikurangi biaya dan
keperluan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), diserahkan kepada
koperasi yang bersangkutan untuk dibagikan kepada seluruh anggota
koperasi.
(4) Pembagian dan penggunaan keuntungan Unit Simpan Pinjam diajukan
oleh Pengurus Unit Simpan Pinjam untuk mendapat persetujuan para
anggota yang telah mendapat pelayanan dari Unit Simpan Pinjam.
Pasal 13
(1) Sisa Hasil Usaha yang diperoleh Koperasi Simpan Pinjam setelah
dikurangi dana cadangan, dipergunakan untuk :
a. dibagikan kepada anggota secara berimbang berdasarkan jumlah dana
yang ditanamkan sebagai modal sendiri pada koperasi dan nilai
transaksi;
b. membiayai pendidikan dan latihan serta peningkatan ketrampilan;
c. insentip bagi Pengelola dan karyawan;
d. keperluan lain untuk menunjang kegiatan koperasi.
(2) Penentuan prioritas atau besarnya dana untuk penggunaan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) huruf a, b, c, dan d diputuskan oleh Rapat
Anggota.
Pasal 14
(1) Dalam menjalankan usahanya, Pengelola wajib memperhatikan aspek
permodalan, likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas guna menjaga
kesehatan usaha dan menjaga kepentingan semua pihak yang terkait.
(2) Aspek permodalan yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
a. modal sendiri koperasi tidak boleh berkurang jumlahnya dan harus
ditingkatkan;
b. setiap pembukaan jaringan pelayanan, harus disediakan tambahan modal
sendiri;
c. antara modal sendiri dengan modal pinjaman dan modal penyertaan
harus berimbang.
(3) Aspek likuiditas yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :
a. penyediaan aktiva lancar yang mencukupi untuk memenuhi kewajiban
jangka pendek;
b. ratio antara pinjaman yang diberikan dengan dana yang telah
dihimpun.
(4) Aspek solvabilitas yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
a. penghimpunan modal pinjaman dan modal penyertaan didasarkan pada
kemampuan membayar kembali;
b. ratio antara modal pinjaman dan modal penyertaan dengan kekayaan
harus berimbang.
(5) Aspek rentabilitas yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
a. rencana perolehan Sisa Hasil Usaha (SHU) atau keuntungan ditetapkan
dalam jumlah yang wajar untuk dapat memupuk permodalan, pengembangan
usaha, pembagian jasa anggota dengan tetap mengutamakan kualitas
pelayanan;
b. ratio antara Sisa Hasil Usaha (SHU) atau keuntungan dengan aktiva
harus wajar.
(6) Untuk menjaga kesehatan usaha, Koperasi Simpan Pinjam atau Unit
Simpan Pinjam tidak dapat menghipotekkan atau menggadaikan harta
kekayaannya.
(7) Pelaksanaan ketentuan ayat (1) sampai dengan ayat (5) diatur lebih
lanjut oleh Menteri.
Pasal 15
(1) Pengelola Koperasi berkewajiban merahasiakan segala sesuatu yang
berhubungan dengan simpanan berjangka dan tabungan masing-masing
penyimpan kepada pihak ketiga dan kepada anggota secara perorangan,
kecuali dalam hal yang diperlukan untuk kepentingan proses peradilan
dan perpajakan.
(2) Permintaan untuk mendapatkan keterangan mengenai simpanan berjangka
dan tabungan sehubungan dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) diajukan oleh pimpinan instansi yang menangani proses
peradilan atau perpajakan kepada Menteri.
BAB IV
PERMODALAN
Pasal 16
(1) Koperasi Simpan Pinjam wajib menyediakan modal sendiri dan dapat
ditambah dengan modal penyertaan.
(2) Koperasi yang memiliki Unit Simpan Pinjam wajib menyediakan
sebagian modal dari koperasi untuk modal kegiatan simpan pinjam.
(3) Modal Unit Simpan Pinjam sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) berupa
modal tetap dan modal tidak tetap.
(4) Modal Unit Simpan Pinjam dikelola secara terpisah dari unit lainnya
dalam Koperasi yang bersangkutan.
(5) Jumlah modal sendiri sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan modal
tetap Unit Simpan Pinjam sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) tidak
boleh berkurang jumlahnya dari jumlah yang semula.
(6) Ketentuan mengenai modal yang disetor pada awal pendirian
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (3) diatur lebih lanjut
oleh Menteri.
Pasal 17
(1) Selain modal sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 16, Koperasi
Simpan Pinjam dapat menghimpun modal pinjaman dari:
a. anggota;
b. koperasi lainnya dan atau anggotanya;
c. bank dan lembaga keuangan lainnya;
d. penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya;
e. sumber lain yang sah.
(2) Unit Simpan Pinjam melalui Koperasinya dapat menghimpun modal
pinjaman sebagai modal tidak tetap dari:
a. anggota;
b. koperasi lainnya dan atau anggotanya;
c. bank dan lembaga keuangan lainnya;
d. penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya;
e. sumber lain yang sah.
(3) Penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya dilakukan dengan
memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.
BAB V
KEGIATAN USAHA
Pasal 18
(1) Kegiatan usaha simpan pinjam dilaksanakan dari dan untuk anggota,
calon anggota koperasi yang bersangkutan, koperasi lain dan atau
anggotanya.
(2) Calon anggota koperasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dalam
waktu paling lama 3 (tiga) bulan setelah melunasi simpanan pokok harus
menjadi anggota.
Pasal 19
(1) Kegiatan Usaha Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam
adalah:
a. menghimpun simpanan koperasi berjangka dan tabungan koperasi dari
anggota dan calon anggotanya, koperasi lain dan atau anggotanya;
b. memberikan pinjaman kepada anggota, calon anggotanya, koperasi lain
dan atau anggotanya.
(2) Dalam memberikan pinjaman, Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan
Pinjam wajib memegang teguh prinsip pemberian pinjaman yang sehat
dengan memperhatikan penilaian kelayakan dan kemampuan pemohon
pinjaman.
(3) Kegiatan Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam dalam
melayani koperasi lain dan atau anggotanya sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) dilakukan berdasarkan perjanjian kerjasama antar koperasi.
Pasal 20
(1) Dalam melaksanakan kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal
19 huruf b, Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam mengutamakan
pelayanan kepada anggota.
(2) Apabila anggota sudah mendapat pelayanan pinjaman sepenuhnya maka
calon anggota dapat dilayani.
(3) Apabila anggota dan calon anggota sudah mendapat pelayanan
sepenuhnya, koperasi lain dan anggotanya dapat dilayani berdasarkan
perjanjian kerjasama antar koperasi yang bersangkutan.
(4) Pinjaman kepada anggota koperasi lain sebagaimana dimaksud dalam
ayat (3) diberikan melalui koperasinya.
Pasal 21
(1) Rapat Anggota menetapkan ketentuan mengenai batas maksimum
pemberian pinjaman baik kepada anggota, calon anggota, koperasi lain
dan atau anggotanya.
(2) Ketentuan mengenai batas maksimum pinjaman kepada anggota berlaku
pula bagi pinjaman kepada Pengurus dan Pengawas.
Pasal 22
(1) Dalam hal terdapat kelebihan dana yang telah dihimpun, setelah
melaksanakan kegiatan pemberian pinjaman sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 19 ayat (1) huruf b, Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan
Pinjam dapat:
a. menempatkan dana dalam bentuk giro, deposito berjangka, tabungan,
sertifikat deposito pada bank dan lembaga keuangan lainnya;
b. pembelian saham melalui pasar modal;
c. mengembangkan dana tabungan melalui sarana investasi lainnya.
(2) Ketentuan mengenai penempatan dana sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) diatur lebih lanjut oleh Menteri.
Pasal 23
(1) Penghimpunan dan penyaluran dana sebagaimana dimaksud dalam Pasal
17 dan Pasal 19 dilakukan dengan pemberian imbalan.
(2) Imbalan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditentukan oleh Rapat
Anggota.
BAB VI
PEMBINAAN
Pasal 24
Pembinaan dan pengawasan Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam
dilakukan oleh Menteri.
Pasal 25
Untuk terciptanya usaha simpan pinjam yang sehat, Menteri menetapkan
ketentuan tentang prinsip kesehatan dan prinsip kehati-hatian usaha
koperasi.
Pasal 26
(1) Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam melalui koperasi yang
bersangkutan wajib menyampaikan laporan berkala dan tahunan kepada
Menteri.
(2) Neraca dan Perhitungan Laba/Rugi tahunan bagi Koperasi Simpan
Pinjam dan Unit Simpan Pinjam tertentu wajib terlebih dahulu diaudit
oleh akuntan publik dan diumumkan.
(3) Tatacara dan pelaksanaan dari ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) dan ayat (2) diatur oleh Menteri.
Pasal 27
(1) Menteri dapat melakukan pemeriksaan terhadap Koperasi Simpan Pinjam
dan Unit Simpan Pinjam, baik secara berkala maupun setiap waktu apabila
diperlukan.
(2) Dalam hal terjadi pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam wajib memberikan
kesempatan bagi pemeriksaan buku-buku dan berkas-berkas yang ada
padanya, serta wajib memberikan bantuan yang diperlukan dalam rangka
memperoleh kebenaran dari segala keterangan, dokumen dan penjelasan
yang dilaporkan oleh Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam yang
bersangkutan.
Pasal 28
(1) Dalam hal Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam mengalami
kesulitan yang mengganggu kelangsungan usahanya, Menteri dapat
memberikan petunjuk kepada Pengurus untuk melakukan tindakan sebagai
berikut:
a. penambahan modal sendiri dan atau modal penyertaan;
b. Penggantian Pengelola;
c. penggabungan dengan koperasi lain;
d. penjualan sebagian aktiva tetap;
e. tindakan lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
(2) Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam dianggap mengalami
kesulitan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), apabila mengalami salah
satu atau gabungan dari hal-hal sebagai berikut:
a. terjadi penurunan modal dari jumlah modal yang disetorkan pada waktu
pendirian;
b. penyediaan aktiva lancar tidak mencukupi untuk memenuhi kewajiban
jangka pendek;
c. jumlah pinjaman yang diberikan lebih besar dari jumlah simpanan
berjangka dan tabungan;
d. mengalami kerugian;
e. Pengelola melakukan penyalahgunaan keuangan;
f. Pengelola tidak melaksanakan tugasnya.
(3) Dalam hal kesulitan tidak dapat diatasi, Koperasi Simpan Pinjam dan
Unit Simpan Pinjam dapat dibubarkan sesuai dengan ketentuan dalam
peraturan perundang-undangan ini.
BAB VII
PEMBUBARAN
Pasal 29
(1) Pembubaran Koperasi Simpan Pinjam atau Unit Simpan Pinjam dilakukan
oleh Rapat Anggota.
(2) Dalam hal terjadi kondisi yang menyebabkan Koperasi Simpan Pinjam
atau Unit Simpan Pinjam harus dibubarkan dan koperasi yang bersangkutan
tidak melakukan pembubaran, maka Menteri dapat:
a. meminta kepada Rapat Anggota Koperasi yang bersangkutan untuk
membubarkan;
b. melakukan pembubaran dengan disertai sanksi administratif kepada
Pengurus Koperasi yang bersangkutan.
(3) Pelaksanaan pembubaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dilakukan di bawah pengawasan Menteri.
Pasal 30
Dalam melakukan pembubaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29, pihak
yang mengambil keputusan pembubaran wajib mempertimbangkan masih adanya
harta kekayaan Koperasi Simpan Pinjam atau Unit Simpan Pinjam yang
dapat dicairkan untuk memenuhi pembayaran kewajiban yang bersangkutan.
Pasal 31
(1) Pembubaran Koperasi Simpan Pinjam atau Unit Simpan Pinjam oleh
Menteri dilakukan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku bagi hal tersebut, kecuali ditentukan lain dalam Peraturan
Pemerintah ini.
(2) Penyelesaian lebih lanjut sebagai akibat dari pembubaran Unit
Simpan Pinjam oleh Menteri dilakukan oleh koperasi yang bersangkutan.
Pasal 32
(1) Tanpa mengurangi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47
Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992, pembubaran Koperasi Simpan Pinjam
atau Unit Simpan Pinjam diupayakan tidak melalui ketentuan kepailitan.
(2) Dalam hal kondisi Koperasi Simpan Pinjam atau Unit Simpan Pinjam
yang mengarah kepada kepailitan tidak dapat dihindarkan, sebelum
mengajukan kepailitan kepada instansi yang berwenang, Pengurus Koperasi
Simpan Pinjam atau Unit Simpan Pinjam yang bersangkutan wajib meminta
pertimbangan Menteri.
(3) Persyaratan dan tata cara mengajukan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) diatur oleh Menteri.
Pasal 33
Dalam masa penyelesaian, pembayaran kewajiban Koperasi Simpan Pinjam
atau Unit Simpan Pinjam dilakukan berdasarkan urutan sebagai berikut:
a. gaji pegawai yang terutang;
b. biaya perkara di Pengadilan;
c. biaya lelang;
d. pajak Koperasi Simpan Pinjam atau Unit Simpan Pinjam;
e. biaya kantor, seperti listrik, air, telepon, sewa dan pemeliharaan
gedung;
f. penyimpan dana atau penabung, yang pembayarannya dilakukan secara
berimbang untuk setiap penyimpan/ penabung dalam jumlah yang ditetapkan
oleh Tim Penyelesaian berdasarkan persetujuan Menteri;
g. kreditur lainnya.
Pasal 34
(1) Segala biaya yang berkaitan dengan penyelesaian dibebankan pada
harta kekayaan Koperasi Simpan Pinjam atau Unit Simpan Pinjam yang
bersangkutan dan dikeluarkan terlebih dahulu dari dana yang ada atau
dari setiap hasil pencairan harta tersebut.
(2) Biaya pegawai, kantor dan pencairan harta kekayaan selama masa
penyelesaian disusun dan ditetapkan oleh pihak yang melakukan
pembubaran.
(3) Honor Tim Penyelesaian ditetapkan oleh pihak yang melakukan
pembubaran dalam jumlah yang tetap dan atau berdasarkan prosentase dari
setiap hasil pencairan harta kekayaan.
Pasal 35
Apabila setelah dilakukan pembayaran kewajiban dan biaya penyelesaian
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 dan Pasal 34 masih terdapat sisa
harta kekayaan Koperasi Simpan Pinjam atau Unit Simpan Pinjam, maka:
a. dalam hal Koperasi Simpan Pinjam, sisa harta tersebut dibagikan
kepada anggota Koperasi Simpan Pinjam.
b. dalam hal Unit Simpan Pinjam, sisa harta tersebut diserahkan kepada
koperasi yang bersangkutan.
Pasal 36
Ketentuan lebih lanjut mengenai pembubaran dan penyelesaian Koperasi
Simpan Pinjam atau Unit Simpan Pinjam diatur dalam Keputusan Menteri.
BAB VIII
SANKSI
Pasal 37
(1) Dalam hal koperasi tidak melaksanakan kewajibannya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 26 ayat (1) dan (2) serta Pasal 27 ayat (2),
koperasi yang bersangkutan dikenakan sanksi administratif.
(2) Koperasi yang melaksanakan kegiatan simpan pinjam tanpa izin
dikenakan sanksi administratif berupa pembubaran dan sanksi
administratif lainnya.
(3) Persyaratan dan tata cara sanksi administratif diatur oleh Menteri.
BAB IX
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 38
Untuk meningkatkan perkembangan usaha perkoperasian, Menteri mengadakan
bimbingan dan penyuluhan kepada kelompok masyarakat yang melakukan
kegiatan simpan pinjam bagi anggotanya agar kelompok masyarakat dalam
menyelenggarakan kegiatannya tersebut dalam bentuk koperasi.
BAB X
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 39
Koperasi Simpan Pinjam dan koperasi yang mempunyai Unit Simpan Pinjam
yang sudah berjalan pada saat Peraturan Pemerintah ini berlaku tetap
melaksanakan kegiatan usahanya, dengan ketentuan wajib menyesuaikan
dengan Peraturan Pemerintah ini dalam jangka waktu paling lama 2 (dua)
tahun sejak mulai berlakunya Peraturan Pemerintah ini.
BAB XI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 40
Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Pemerintah ini dengan menempatkannya dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia
Senin, 11 Juni 2012
One And Only
You've been on my mind
I grow fonder every day,
Lose myself in time
Just thinking of your face
God only knows
Why it's taking me so long
To let my doubts go
You're the only one that I want
I don't know why I'm scared, I've been here before
Every feeling, every word, I've imagined it all,
You never know if you never try
To forgive your past and simply be mine
I dare you to let me be your, your one and only
Promise I'm worthy to hold in your arms
So come on and give me the chance
To prove that I'm the one who can
Walk that mile until the end starts
I've been on your mind
You hang on every word I say, lose yourself in time
At the mention of my name,
Will I ever know how it feels to hold you close?
And have you tell me whichever road I choose you'll go
I don't know why I'm scared 'cause I've been here before
Every feeling every word, I've imagined it all,
You never know if you never tried
To forgive your past and simply be mine
I dare you to let me be your, your one and only
I promise I'm worthy to hold in your arms
So come on and give me the chance
To prove that I'm the one who can
Walk that mile until the end starts
I know it ain't easy
Giving up your heart
I know it ain't easy
Giving up your heart
(Nobody's perfect, trust me I've learnt it)
I know it ain't easy, giving up your heart
(Nobody's perfect, trust me I've learnt it)
I know it ain't easy, giving up your heart
I know it ain't easy
Giving up your heart
So I dare you to let me be your, your one and only
I promise I'm worthy to hold in your arms
So come on and give me the chance
To prove I'm the one who can
Walk that mile until the end starts
Come on and give me a chance
To prove that I'm the one who can
Walk that mile until the end starts.
I grow fonder every day,
Lose myself in time
Just thinking of your face
God only knows
Why it's taking me so long
To let my doubts go
You're the only one that I want
I don't know why I'm scared, I've been here before
Every feeling, every word, I've imagined it all,
You never know if you never try
To forgive your past and simply be mine
I dare you to let me be your, your one and only
Promise I'm worthy to hold in your arms
So come on and give me the chance
To prove that I'm the one who can
Walk that mile until the end starts
I've been on your mind
You hang on every word I say, lose yourself in time
At the mention of my name,
Will I ever know how it feels to hold you close?
And have you tell me whichever road I choose you'll go
I don't know why I'm scared 'cause I've been here before
Every feeling every word, I've imagined it all,
You never know if you never tried
To forgive your past and simply be mine
I dare you to let me be your, your one and only
I promise I'm worthy to hold in your arms
So come on and give me the chance
To prove that I'm the one who can
Walk that mile until the end starts
I know it ain't easy
Giving up your heart
I know it ain't easy
Giving up your heart
(Nobody's perfect, trust me I've learnt it)
I know it ain't easy, giving up your heart
(Nobody's perfect, trust me I've learnt it)
I know it ain't easy, giving up your heart
I know it ain't easy
Giving up your heart
So I dare you to let me be your, your one and only
I promise I'm worthy to hold in your arms
So come on and give me the chance
To prove I'm the one who can
Walk that mile until the end starts
Come on and give me a chance
To prove that I'm the one who can
Walk that mile until the end starts.
Don't Stop Me Now
Tonight I'm gonna have myself a real good time
I feel alive and the world it's turning inside out Yeah!
I'm floating around in ecstasy
So don't stop me now don't stop me
'Cause I'm having a good time having a good time
I'm a shooting star leaping through the skies
Like a tiger defying the laws of gravity
I'm a racing car passing by like Lady Godiva
I'm gonna go go go
There's no stopping me
I'm burning through the skies Yeah!
Two hundred degrees
That's why they call me Mister Fahrenheit
I'm trav'ling at the speed of light
I wanna make a supersonic man of you
Don't stop me now I'm having such a good time
I'm having a ball don't stop me now
If you wanna have a good time just give me a call
Don't stop me now ('Cause I'm having a good time)
Don't stop me now (Yes I'm having a good time)
I don't want to stop at all
I'm a rocket ship on my way to Mars
On a collision course
I am a satellite I'm out of control
I am a sex machine ready to reload
Like an atom bomb about to
Oh oh oh oh oh explode
I'm burning through the skies Yeah!
Two hundred degrees
That's why they call me Mister Fahrenheit
I'm trav'ling at the speed of light
I wanna make a supersonic woman out of you
Don't stop me don't stop me don't stop me
Hey hey hey!
Don't stop me don't stop me
Ooh ooh ooh (I like it)
Don't stop me have a good time good time
Don't stop me don't stop me
Ooh ooh Alright
I'm burning through the skies Yeah!
Two hundred degrees
That's why they call me Mister Fahrenheit
I'm trav'ling at the speed of light
I wanna make a supersonic woman of you
Don't stop me now I'm having such a good time
I'm having a ball don't stop me now
If you wanna have a good time
Just give me a call
Don't stop me now ('Cause I'm having a good time)
Don't stop me now (Yes I'm having a good time)
I don't wanna stop at all
La la la la laaaa
La la la la
La la laa laa laa laaa
La la laa la la la la la laaa hey!!....
I feel alive and the world it's turning inside out Yeah!
I'm floating around in ecstasy
So don't stop me now don't stop me
'Cause I'm having a good time having a good time
I'm a shooting star leaping through the skies
Like a tiger defying the laws of gravity
I'm a racing car passing by like Lady Godiva
I'm gonna go go go
There's no stopping me
I'm burning through the skies Yeah!
Two hundred degrees
That's why they call me Mister Fahrenheit
I'm trav'ling at the speed of light
I wanna make a supersonic man of you
Don't stop me now I'm having such a good time
I'm having a ball don't stop me now
If you wanna have a good time just give me a call
Don't stop me now ('Cause I'm having a good time)
Don't stop me now (Yes I'm having a good time)
I don't want to stop at all
I'm a rocket ship on my way to Mars
On a collision course
I am a satellite I'm out of control
I am a sex machine ready to reload
Like an atom bomb about to
Oh oh oh oh oh explode
I'm burning through the skies Yeah!
Two hundred degrees
That's why they call me Mister Fahrenheit
I'm trav'ling at the speed of light
I wanna make a supersonic woman out of you
Don't stop me don't stop me don't stop me
Hey hey hey!
Don't stop me don't stop me
Ooh ooh ooh (I like it)
Don't stop me have a good time good time
Don't stop me don't stop me
Ooh ooh Alright
I'm burning through the skies Yeah!
Two hundred degrees
That's why they call me Mister Fahrenheit
I'm trav'ling at the speed of light
I wanna make a supersonic woman of you
Don't stop me now I'm having such a good time
I'm having a ball don't stop me now
If you wanna have a good time
Just give me a call
Don't stop me now ('Cause I'm having a good time)
Don't stop me now (Yes I'm having a good time)
I don't wanna stop at all
La la la la laaaa
La la la la
La la laa laa laa laaa
La la laa la la la la la laaa hey!!....
Kamis, 26 April 2012
NOUN CLAUSE
a) Noun clauses with question words: --> Who is that boy? I don't know who that boy is. A prepositional phrase does not come in front of 'be' in a noun clause. --> Who is in the office? I don't know who is in the office. b) Noun clauses, which begin with if or whether: --> Is Maria at home? Frequently, speakers may add 'or not'. This comes at the end of the noun clause in sentences with 'if' and immediately after 'whether' in sentences with 'whether'. --> I don't know if Maria is at home or not. Notice that we cannot use 'or not' immediately after 'if'.
|
Minggu, 01 April 2012
Conditional Sentences
Kalimat pengandaian tipe ini digunakan untuk mengekpresikan situasi atau aktivitas yang biasanya terjadi atau akan terjadi jika situasi pada if clause terpenuhi. Dengan kata lain, apa yang diandaikan itu memiliki peluang untuk terjadi atau menjadi kenyataan.
Sebagai contoh, ketika seorang teman mengajak saya, apakah malam ini saya mau nonton atau tidak, saya mungkin katakan:
- If I have the time, I will go. (Jika saya punya waktu, saya akan pergi).
Kalimat ini secara implisit juga berarti,
- If I don’t have the time, I will not go. (Jika saya tidak punya waktu, saya tidak akan pergi).
Conditional Sentences (Type 1)
conditional sentences (kalimat pengandaian). Conditional sentences terdiri dari dua bagian, yaitu subordinate clause (if-clause) yang merupakan pernyataan syarat dan main clause yang merupakan akibat terpenuhi atau tidaknya syarat yang terkandung dalam subordinate clause. Conditional sentences ada tiga jenis. Berikut ini akan kita bahas satu-persatu :
if clause : simple present tense
main clause : simple future tense
Pada tipe 1 ini suatu tindakan dalam main clause akan terjadi bila syarat dalam if
clause terpenuhi.
Example :
If I have a lot of money, I will buy a new car.
If I have a lot of money, I will buy a new car.
Conditional Sentences (Type 2)
if clause : simple past tense
main clause : past future tense (S + would + V1)
Tipe ini digunakan untuk menyatakan suatu tindakan/keadaan yang berlawanan/ bertentangan dengan kenyataan pada saat ini. Sebenarnya syarat dalam if-clause bisa saja terpenuhi, tetapi kemungkinannya sangat kecil.
Example :
If you studied hard, you would pass the exam.
(Real fact : You don’t study hard.)
Conditional sentence type 3
if clause : past perfect tense (S + had + V3)
main clause : past future perfect (S + would have + V3)
Conditional sentence type 3 ini digunakan untuk menyatakan suatu syarat yang tidak mungkin lagi dipenuhi karena waktunya telah berlalu. Dengan kata lain, kenyataan bertentangan/berlawanan dengan keadaan di masa lampau.
Example :
If I had studied hard, I would have passed the exam.
(Real fact : I didn’t study hard, so I didn’t pass the exam.
Atau, I didn’t pass the exam because I didn’t study hard.)
Conditional sentence type 3 ini digunakan untuk menyatakan suatu syarat yang tidak mungkin lagi dipenuhi karena waktunya telah berlalu. Dengan kata lain, kenyataan bertentangan/berlawanan dengan keadaan di masa lampau.
Example :
If I had studied hard, I would have passed the exam.
(Real fact : I didn’t study hard, so I didn’t pass the exam.
Atau, I didn’t pass the exam because I didn’t study hard.)
Exercise :
1. If I miss (miss) the buss the bus this afternoon , I’ll get a taxi.
2. If I had more money, would you marry (you,marry) me ?
3. Please don’t sign this contract before I checked (check, them)
4. You would have a lot off friends if you (not,be) so mean.
1. If I miss (miss) the buss the bus this afternoon , I’ll get a taxi.
2. If I had more money, would you marry (you,marry) me ?
3. Please don’t sign this contract before I checked (check, them)
4. You would have a lot off friends if you (not,be) so mean.
If / When
“if” dan “when” digunakan untuk Future Real Conditional, namun penggunaannya berbeda dengan bentuk Real Conditional. Dalam Future Real Conditional, “if” digunakan utnuk menjelaskan apa yang Anda tidak ketahui apa yang akan terjadi, sedangkan “when” digunakan untuk menjelaskan suatu kejadian yang Anda ketahui akan terjadi pada waktu tertentu.
Contoh:
- When you call me, I will give you the address.
- You are going to call me later, and at that time, I will give you the address.
- If you call me, I will give you the address.
- If you want the address, you can call me.
Future Unreal Conditional
BENTUK Ke 1 (Bentuk Yang Paling Umum)
- [If ... Simple Past ..., ... would + verb ...]
- [... would + verb ... if ... Simple Past ...]
PENGGUNAAN
Future Unreal Conditional digunakan untuk membicarakan tentang situasi yang kita bayangkan di masa yang akan datang. Bentuk ini tidak sama dengan Future Real Conditional karena apapun bisa terjadi di masa yang akan datang. Bentuk ini hanya digunakan ketika si pembicara perlu untuk menekankan bahwa sesuatu itu tidak mungkin. Karena bentuk ini hampir sama dengan Present Unreal Conditional, banyak native speaker lebih suka menggunakan bentuk ke 2 di bawah
Contoh:
- If I had a day off from work next week, I would go to the beach.
I don’t have a day off from work. - I am busy next week. If I had time, I would come to your party.
I can’t come. - Jerry would help me with my homework tomorrow if he didn’t have to work.
He does have to work tomorrow.
Refrensi:
Andri, Yelvi Z.”Buku Pintar Grammar: Untuk Pemula.Transmedia,2010.Jakarta
http://achmooo.blogspot.com/2009/11/conditional-sentences.html
Kamis, 08 Maret 2012
Adverbial Clause
Pengertian, Jenis dan Contoh Adverbial Clause
Adverb Clause terdiri dari dua kata yaitu “Adverb” and “Clause”
adverb adalah : kata keterangan yang menerangkan verb (kata kerja) dan adjective (kata sifat),
clause adalah : anak kalimat.
Jadi adverb clause adalah anak kalimat yang menerangkan kata sifat dan kata kerja dan berfungsi sebagai adverb.
Adverb clause adalah terdiri dari delapan macam: seperti: Adverb clause of time, Adverb clause of place, Adverb clause of number, Adverb clause of menner, adverb clause of reanson, adverb clause of result, adverb clause of condition, dan adverb clause of contrast.
B. Rumus umum dan contoh adverb clause.
Subject + predicet + conj + subject + predicet.
Tapi bisa saja conjuntion di awal sesuai dengan kalimatnya.
Contoh:
- I met her when + was walking to school.
- As he was sick, he went to she doctor.
- I can’t go out because my mother is sick.
C. Jenis-Jenis Adverb Clause
1. Adverb Clause of Reanson
Adalah : sebuah anak kalimat yang digunakan untuk menunjukkan sebab atau alasan. Adverb clause of reason di awali dengan konjungsi (penghubungnya) adalah : as/ since/ because/ whereas/ on the ground that.
Example:
- Is I love you, I can do anything for you.
- Since she has a desire to marry, she discontinued her studing.
- I stopped the work because I was tired.
- Whereas I came late, My father punishet me.
- His teacher punishet him on the grand that, he came late.
2. Adverb Clause of Result
Adalah : sebuah anak kalimat yang digunakan untuk menunjukkan hasil perbuatan atau akibat. Adverb clause of result di awali dengan konjungsi so that, so + adjective + that, so + adverb + that, so.
Example:
- Nadhavi was so beautiful that I loved her at first sight.
- He studies so hard that many studienst like him.
3. Adverb Clause of Condition
Adalah : sebuah anak kalimat yang digunakan untuk menunjukkan kondisi. Adverb clause of condition di awali dengan konjungsi if/ unless/ whether/ provided that and so long as.
Example:
- If you help me, I shall be happy.
- Unless you tell her about your love, she won’t know it
- You must do this wheter, you like it or not
- I ean help you provide that you must follow my advice
- So long as you work hard, you have no problem with me
4. Adverb Clause of Contrast
Adverb Clause of Contrast adalah sebuah anak kalimat yang menerangkan bertentangan. Adverb Clause of Contrast diawali dengan konjungsi: although, eventh ough, though, whet eyer, no matter, however much, not with standing that.
Example:
a. I still no money although I worked hard
b. Eventhough hehates me, he lend me the bock
c. Though he is rice, he never give me the money
d. Whatever he has done, he is your father
e. No mather what she sald, I still love her
f. She will never succed however much he may try
g. He was not refreshed not with standing that he had spent 2 weeks leave
sumber : http://hamikofebria.blogspot.com/2010/11/adverb-clause.html
Kamis, 05 Januari 2012
resensi novel angkatan ' 66
resensi novel angkatan ' 66
IDENTITAS NOVEL
Judul : Pada sebuah Kapal
Karangan : NH. Dini
Cetakan : Kedua, Tahun 1988
Tebal : 350 halaman
A. Sinopsis novel “Pada Sebuah Kapal”
Sri dilahirkan dari keluarga sederhana yang sangat menyenangi seni. Ayahnya adalah seorang pelukis. Sejak kecil, dia dimasukkan ke sekolah tari. Sri adalah anak bungsu dari lima bersaudara. Mereka hidup dengan rukun di sebuah desa kecil yang terdapat di Semarang.
Saat umurnya tiga belas tahun, ayahnya meninggal dan setelah selesai sekolah menengah atas, Sri bekerja sebagai penyiar radio yang terdapat di kotanya.selama tiga tahun menjadi penyiar radio, ia mulai merasa jenuh dengan pekerjaannya. Sri mencoba mengikuti pendidikan pramugari yang ada di kota tersebut dan akhirnya mendapat kesempatan untuk diuji di Jakarta. Tapi sayang, ia tidak lulus menjadi pramugari disebabkan adanya penyakit yang terdapat di dalam paru – parunya. Setelah berobat, Sri harus istirahat selama tiga bulan dan ia memilih sebuah desa di Salatiga untuk menyembuhkan penyakitnya.
Setelah sembuh, Sri mencoba untuk hidup di Jakarta walaupun tidak menjadi pramugari. Ia yakin dengan bakat yang dimilikinya ia dapat hidup di Jakarta. Ia tinggal di rumah pamannya yang sebelumnya ditempati oleh kakaknya, Sutopo yang telah lebih dulu ke Jakarta. Kini Sutopo telah mempunyai rumah di Jakarta.
Di Jakarta ia bekerja sebagai penyiar radio dan penari untuk acara – acara istana. Di gedung latihan itu, Sri menyukai seorang laki – laki. Namanya Basir. Tapi perasaannya bertepuk sebelah tangan. Di sisi lain, Yus sangat mencintainya dan ingin menikah dengannya. Tapi Sri tidak begitu menyukai Yus, karena komunis. Selain itu ada Narti, teman kecil Sri waktu sekolah dasar yang sekarang menjadi pramugari. Narti sering main ke rumah paman Sri untuk mengunjunginya. Narti memperkenalkan kedua teman yang bekerja di angkatan udara kepada Sri, mereka bernama Saputro dan Mokar.
Pertemanan Sri dan Suparto awalnya biasa – biasa saja. Seperti biasanya, sikap Saputro sangat lembut dan perhatian. Dari sikapnya itu, Sri mulai jatuh hati dengan sosok Saputro. Kedekatan antara Sri dengan Saputro semakin dekat setelah mereka bertemu di acara Malam Kesenian Kongres Pemuda se-Asia. Dari pertemuan itulah, keduanya yakin kalau mereka saling mencintai. Saputro memiliki jadwal penerbangan yang tidak menentu sehingga kedatangannya tidak dapat diperkirakan oleh Sri. Setelah Saputro selesai mengikuti pendidikan di Cekoslovakia, mereka memutuskan untuk tunangan dan segera menikah. Setelah kembali dari Cekoslovakia, Saputro menemui Sri dan memberikan sebuah cincin sebagai tanda pengikat diantara mereka. Malam itu pun mereka habiskan bersama.
Seperti biasanya Saputro harus melakukan penerbangan dengan jadwal yang tidak dapat dipastikan. Walaupun jarak yang jauh, mereka telah menyiapkan segala sesuatu untuk pernikahan. Tapi kebahagiaan yang sebentar lagi akan diraih oleh Sri harus bergantikan air mata, karena Saputro tewas saat penerbangan dari Bandung menuju Jakarta karena cuaca yang buruk.
Kabar ini sangat melukai hati Sri. Dia seperti tidak memiliki semangat hidup, dan dia memutuskan untuk menenangkan diri. Dalam kesedihannya, Carl selalu menghibur Sri. Carl adalah teman Sutopo yang sebenarnya dia juga mencintai Sri. Namun ada satu hal yang tidak disukai Sri dari Carl, dia terlalu sombong dengan kekayaan yang dimiliki olehnya walaupun sikapnya baik terhadap Sri.
Sepuluh bulan setelah wafatnya Sutopo, Sri memutuskan akan menikah dengan Charles yang berkebangsaan Perancis. Charles adalah seorang diplomat yang sangat tertarik dengan kebudayaan. Keputusannya untuk menikah dengan Charles ditentang oleh keluarga, terutama Sutopo. Kakaknya itu tidak setuju kalau Sri menikah dengan Charles. Sutopo yakin Sri tidak akan bahagia menikah dengan Charles karena Sri belum begitu mengenal Charles. Namun Sri tidak peduli dengan nasehat keluarga. Ia tetap menikah dengan Charles dan kewarganegaraannya menjadi Perancis. Setelah menikah, mereka bermukim di Kobe, Jepang. Kehidupan rumah tangga Sri tidak bahagia, Charles yang pada awalnya baik, perhatian sebelum menikah, kini berubah menjadi seorang yang pemarah, pelit, dan suka membentak – bentak. Sri yang sejak awal tidak mencintai Charles, menjadi semakin benci karena sikap yang ditunjukan Charles. Dari Charles, Sri melahirkan seorang anak perempuan.
Pada kesempatan liburan, Charles mengajak anak dan istrinya untuk melakukan perjalanan ke beberapa Negara. Setelah dari Indonesia, mereka berangkat ke Saigon. Di sana Charles Menyuruh kepada istrinya untuk melakukan perjalanan dengan kapal. Sementara dirinya akan mengunjungi beberapa Negara yang akan dikunjunginya. Sri tidak keberatan melakukan perjalanan dengan kapal berdua dengan anaknya yang masih berumur dua tahun. Karena dia tidak pernah mengharapkan suaminya yang pemarah itu. Hanya kewajibanlah yang mengikat Sri untuk setia terhadap suaminya.
Perjalanan dari Saigon menuju Marseille membutuhkan waktu yang lumayan lama, sekitar tiga bulan. Di kapal itulah Sri bertemu dengan Michel, seorang komandan kapal yang juga kecewa dengan istrinya. Sejak pertama melihatnya, Sri sudah tertarik karena sikapnya dan pada beberapa kesempatan, mereka bertemu. hubungan antara Sri dengan Michel semakin dekat setelah acara pesta dansa. Sejak itu mereka sering bertemu dan cinta pun tumbuh diantara mereka berdua. Awalnya Sri berpikir untuk selalu setia terhadap suaminya yang tidak pernah dicintainya, tapi Sri juga berhak untuk mendapatkan kebahagiaan. Dia sangat mencintai Michel, dan Michel pun demikian. Sosok Michel mengingatkan Sri pada cintanya yang telah hilang. Selama perjalanan itulah dia menemukan kebahagiaan yang selama ini tidak pernah dirasakan olehnya.
Setelah sampai di Marseille, Charles sudah menunggunya dan Sri pun harus berpisah dengan kekasihnya Michel. Setelah pekerjaan suaminya selesai, mereka kembali ke Kobe. Kehidupan Sri berjalan seperti biasanya. Setelah sekian lama tidak bertemu, akhirnya Michel mengabarkanakan lewat telegram bahwa dia akan ke Yokohama. Sri sangat gembira mendengar kabar ini. Akhirnya Michel dan Sri bertemu, mereka saling mencintai dan pada kesempatan – kesempatan yang jarang itu mereka selalu menghabiskan waktu bersama. Sri dan Michel menyadari akan keterikatan mereka terhadap pernikahan yang mereka jalani dengan pasangan masing – masing. Namun keadaan itu tidak menghalangi cinta keduanya. Sri sadar akan kehidupan Michel, dan dia akan selalu mencintai Michel.
B. Unsur Intrinsik novel “Pada Sebuah Kapal”
1. Tema
Perselingkuhan yang disebabkan oleh ketidakharmonisan dalam rumah tangga dan ketegaran dalam menghadapi semua masalah yang dihadapi dalam hidup.
2. Latar atau Setting
a. Semarang
b. Jakarta
c. Kobe, Jepang
d. Kapal
e. Perancis
f. Yokohama
3. Alur atau Plot
a. Tahapan Permulaan
Sri dibesarkan dalam keluarga yang kental dengan darah seniman. Dia adalah anak bungsu dari lima bersaudara. Seperti kakak – kakaknya, dia dimasukkan ke sekolah tari oleh ayahnya. Saat umurnya tiga belas tahun, ayahnya meninggal. Setelah selesai dari sekolah menengah atas, Sri bekerja sebagai penyiar radio yang ada di kotanya, Semarang. Tiga tahun menjadi penyiar radio, Sri mulai merasa jenuh. Dia mencoba mengikuti pendidikan pramugari dan akhirnya mendapat kesempatan untuk diuji di Jakarta. Sri mengikuti berbagai macam tes. Hasil tes dapat diketahui beberapa bulan kemudian. Berdasarkan hasil tes yang diterima, Sri mengidap penyakit paru – paru, sehingga dia tidak diterima menjadi pramugari. Sri melakukan pengobatan dan istirahat total dari pekerjaannya selama dua bulan. Dia memilih tinggal di Salatiga untuk menyembuhkan lubang yang terdapat di paru – parunya. Setelah sembuh, Sri memutuskan pergi ke Jakarta. Dia tinggal di rumah pamannya yang dulu ditempati Sutopo, kakaknya yang telah lebih dulu ke Jakarta. Sekarang Sutopo memiliki rumah sendiri di Jakarta.
b. Tahapan Pertikaian
Selain bekerja sebagai penyiar radio, Sri menjadi penari untuk menari di istana pada perayaan – perayaan tertentu. Rekan – rekan kerjanya, sebagian tidak menyukai Sri, namun Sri tetap sopan terhadap mereka dan bersabar menghadapi semuanya. Di Jakarta, Sri bertemu dengan teman kecilnya waktu sekolah dasar, namanya Narti. Sekarang Narti bekerja sebagai pramugari. Dia sering menemui Sri untuk sekedar makan atau nonton film. Dari Narti, Sri mengenal Mokar dan Saputro yang merupakan pilot angkatan udara. Selain itu, Carl seorang warga negara asing, kawan Sutopo, dan Charles yang berkebangsaan Perancis yang sangat tertarik dengan kebudayaan. Setelah beberapa lama tinggal di Jakarta, Ibu Sri meninggal.
c. Tahapan Perumitan
Sri bertemu lagi dengan Saputro pada Malam Kesenian Pemuda se- Asia. Pada saat itu Sri merasakan ada yang berbeda dalam dirinya, begitu melihat sikap Saputro yang seperti mencintanya. Padahal sebelum – sebelumnya mereka sering pergi bersama tapi bersama Narti dan Mokar. Sejak malam itu, keduanya semakin dekat dan menjalin kasih. Setelah merasa cukup, mereka memutuskan akan tunangan dan segera menikah setelah Saputro selesai mengikuti pendidikan di Cekoslovakia. Namun impian yang telah dirancang itu harus terkubur dalam – dalam, karena Saputro tewas saat penerbangan Bandung – Jakarta. Hati Sri hancur mendengar kabar buruk itu, Sri tenggelam dalam kesedihan. Di saat yang sulit – sulit itu, Carl selalu menghibur Sri, karena dari awal dia juga sudah menyukai Sri. Namun Sri menolak cinta Carl. Setelah sepuluh bulan kematian tunangannya, Sri memutuskan untuk menikah dengan Charles. Walaupun sebenarnya, dia idak mencintai Charles. Keputusan Sri untuk menikah dengan Charles tidak disetujui oleh keluarga, terutama kakaknya. Sutopo yakin kalau adiknya tidak akan bahagia jika menikah dengan Charles, karena Sri belum terlalu mengenal Charles dengan baik. Namun Sri keras kepala, Dia tetap menikah dengan Charles
d. Tahapan Puncak ( klimaks)
Setelah menikah dengan Charles, kewarganegaraan Sri berubah menjadi Perancis mengikuti suaminya. Mereka menetap di Kobe-Japang. Pernikahan Sri dengan Charles tidak bahagia, walaupun Charles selalu bilang mencintainya. Setelah menikah, sikap Charles berubah. Charles tidak lagi seperti yang dikenal Sri sebelum menikah. Sekarang Charles suka marah – marah dan membentak Sri. Sikap ini membuat Sri semakin membenci Charles. Dari Charles, Sri melahirkan anak perempuan. Saat umur anaknya dua tahun, Charles mengajak istrinya berkunjung ke beberapa Negara. Setelah satu bulan berada di Indonesia, mereka terbang ke Saigon. Disana Charles meminta istri dan anaknya untuk melakukan perjalanan dengan kapal, sedangkan dirinya akan mengunjungi Negara – Negara yang ingin dikunjunginya.di kapal itulah Sri menemukan kebahagiaan yang selama ini telah hilang.
Dalam perjalanan dari Saigon menuju Marseille, Sri bertemu dengan seorang komandan kapal bernama Michel Dubanton. Sikap yang ditunjukkannya membuat Sri jatuh hati pada komandan tersebut. Dalam beberapa kesempatan, mereka bertemu dan mulai mengenal satu sama lain. Sri yang tidak bahagia dengan pernikahannya dengan Charles, dan Michel yang kecewa dengan istrinya Nicole, mencoba mencari kebahagiaan di luar pernikahannya. Perjalanan dari Saigon menuju Marseille merupakan hal ang sangat membahagiakan bagi Sri, walaupun dia tahu menghianati suaminya merupakan suatu kesalahan, tapi dia tidak menyesalinya.
e. Tahapan Peleraian
Setelah perjalanan berakhir, Sri dan Michel harus berpisah. Sri sangat sedih, dia menangis karena perpisahan mengingatkan dirinya akan seseorang yang telah meninggalkannya. Setelah urusan suaminya selesai, mereka kembali ke Kobe. Kehidupan Sri kembali seperti semula rumah tangganya dilalui dengan pertengkaran – pertengkaran. Sampai – sampai Sri memutuskan meminta cerai kepada suaminya dengan alasan sudah tidak mencintainya lagi. Tapi Charles menolak dengan alasan anak. Setelah beberapa lama tidak bertemu, Michel mengabarkan akan ke Yokohama dan kesempatan itu tidak disia – siakan oleh mereka.
f. Tahapan Akhir
Sri menyadari bahwa dia dan Michel terikat oleh pasangan masing – masing. Apalagi Michel adalah seorang pelaut ang sering jauh darikeluarga, di pasti sering bertemu dengan perempuan – perempuan dari berbagai negara yang mungkin saja menarik hatinya. Walaupun Michel harus mengkhianati cintanya, tapi Sri akan selalu mencintai Michel.
4. Sudut Pandang
Orang pertama. Karena dalam cerita, pengarang bertindak sebagai tokoh utama.
5. Penokohan
a. Sri : penuh semangat, tegar, keras kepala, sabar.
b. Michel : sabar, penyayang.
c. Saputro : sabar, penyayang.
d. Charles : pemarah, pelit, egois.
e. Sutopo : perhatian, suka menasehati.
f. Carl : baik hati, sedikit sombong.
6. Gaya Penulisan
Novel “Pada Sebuah Kapal” tidak jauh berbeda dengan novel – novel karya NH. Dini yang lainnya. Namun novel ini bukan merupakan kisah nyata yang dialami NH. Dini, walaupun menggunakan sudut pandang orang pertama dan seting tempat serta tokoh – tokoh yang diceritakan di dalam novel ini berkaitan dengan kehidupan NH. Dini. Dalam penulisannya, banyak terdapat gaya bahasa seperti personifikasi, hiperbola, dan simile.
7. Amanat
Manusia harus selalu sabar dalam menghdapi semua masalah kehidupan, harus mau menerima nasihat dari orang – orang terdekat, dan harus bertanggung jawab dengan langkah yang telah diambil.
Kutipan novel “Pada Sebuah Kapal”
*****
Malam itu aku seperti menandatangani suatu perjanjian. Waktu aku mengawininya, aku tahu bahwa aku tidak mencintainya. Tetapi aku berkata kepada diriku sendiri untuk mencintainya, aku kawin dengan dia karena aku suka padanya, dan karena aku takut. Aku sadar akan kehilanganku. Pemuda – pemuda di negeriku menganggap seorang wanita yang telah kehilngan kesuciannya sebagai sesuatu yang rendah. Aku tahu bahwa kawan – kawan Saputro mengetahui hubungan kami. Sebentar Nyoman nampak semakin mendekatiku. Beberapa kali dia membayangkan perhatiannya terhadapku. Tetapi aku tidak mau merubah rencana hidupnya. Apalagi karena aku tahu bahwa dia merasa tersiksa oleh kematian kawannya itu. Seolah tanggungjawabnyalah untuk memberiku kehidupan yang telah ku idamkan bersama Saputro. Mungkin Nyoman benar – benar mencintaiku. Tapi apakah arti perkataan “mungkin” bagiku sedangkan di lain pihak aku tahu benar bahwa Charles tidak dapat menunggu keputusanku untuk berangkat ke Jepang. Dan itulah sebabnya aku kawin dengan dia. Dia tidak kaya seperti Carl. Tapi darinya aku lebih berani mengharapkan kesetiaan daripada Carl. ( halaman 123)
Kadang – kadang aku berpikir apakah yang ku dapat dari perkawinan? Ataukah itu disebabkan oleh perkawinan campuran? Ataukah itu disebabkan oleh nasibku? Benarkah seperti kata Sutopo bahwa aku tidak cukup mengenal orang yang ku kawin? Tapi aku telah membacai surat – suratnya. Kini aku mengerti bahwa pikiran orang di surat sama sekali tidak bisa ditandai sebagai cerminan watak. Dan apakah sebenarnya yang ku ketahui dari Charles sebelum perkawinan? Pikiranku terlalu kalut ketika aku sadar bahwa Saputro meninggal dan tetap meninggal untuk tidak akan muncul kembali. ( halaman 124)
Anakku hampir berumur dua tahun. Dinas suamiku di negeri ini belum selesai. Tetapi dia diperbolehkan mengambil libur panjang, karena dia akan tinggal di tempat yang sama selama dua tahun lagi yang berarti setahun lebih lama daripada waktu dinas yang biasa. Rencananya amat berliku – liku. Kami akan bersama – sama menuju Indonesia dan tinggal di sana selama satu bulan. Dari sana kami ke Saigon, di mana Charles akan melepaskan kami, anakku dan aku, dengan sebuah kapal. Dia akan meneruskan perjalanan dengan pesawat terbang, melalui kota – kota di India yang telah lama ingin dikunjunginya. ( halaman 147)
Aku tidak berkeberatan mengadakan perjalanan seorang diri. Tetapi cara suamiku melepaskan kami hanya untuk bersenang – senang, ini tidak ku setujui. Beberapa kawan orang Perancis berkata bahwa tidak seharusnya membiarkan suamiku leluasa seorang diri. Aku dengan tenang menjawab bahwa aku mempercayai Charles. Yang mengkhawatirkanku hanyalah kemungkinan ada kecelakaan, akan garis nasib yang tidak bias kita ketahui. Tiba – tiba aku menjadi cemas akan hal ini. Dengan ragu – ragu aku mengatakannya kepada Charles.
“ Kau terpengaruh oleh omongan orang – orang Perancis itu.”
Tidak, tentu saja ini tidak benar. Tetapi aku berpikir seketika bahwa Charles akan tersinggung kalau mengetahui bahwa orang – orang itu bias mempengaruhiku, lebih daripada dia sendiri bisa menyuapkan pendapatnya kepdaku.
“Mereka memberiku pikiran untuk ku pertimbangkan. Aku memutuskan bahwa kau lebih baik tidak mengadakan perjalanan ke India kali ini. Kita akan ke sana bersama – sama.”
“Bersama – sama? Dengan anak kita? Kau akan membawanya di bawah panas terik matahari ke tempat – tempat yang liar semacam itu? Tidak!” katanya dengan tegas. “Aku akan berangkat sendiri.”
“Dia akan berumur tiga bulan lebih tua kalau kita kembali dari Eropa. Kita akan lebih leluasa mengajaknya kemana – mana.”
“Aku akan lebih leluasa bepergian sendiri,” katanya memutuskan bicaraku. ( halaman 147)
Dengan sedih aku memandang ke luar. Aku tidak pernah lagi memandangi wajahnya . bagiku segala yang membikinku sakit terkumpul di sana.
“Aku sudah memutuskan untuk pergi seorang diri, dan akan tetap terjadi demikian,” katanya lagi.
“Aku juga mempunyai keputusan,” kataku perlahan. “Kalau terjadi apa – apa dengan dirimu aku tidak akan menangisimu. Aku juga tidak akan mau bersusah payah langkahku terhambat oleh seorang anak kecil yang lahir dari kau. Dia akan ku berikan pada sebuah rumah penitipan anak – anak. Aku tidak mau membawanya bersamaku.”
Sebentar dia tidak bersuara seolah tidak mengerti apa maksudku.
“Bagaimana?” akhirnya dia bertanya.
“Kalau kau mati dalam perjalanan itu, anak kita akan ku masukkan ke rumah sosial.”
“Kau tidak bersungguh – sungguh. Kau gila!” serunya. Matanya melotot menatapku.
“Aku mengatakan apa yang ku pikir.”
“Aku tidak percaya!” dan dia memaksa merendahkan suaranya.
“Kau seorang ibu, hanya dari kaulah anakmu akan mendapatkan cinta yang sebenarnya. Aku tidak percaya.”
“Aku tidak peduli kau percaya atau tidak. Bagiku anakku merupakan penghambat yang besar kalau aku harus bekrja mencari nafkah di Eropa. Aku bukan lagi warga negara Indonesia dan aku tidak mau kembali ke negeriku untuk bekerja. Aku akan memilih negeriku yang kedua. Kau selalu berkata bahwa aku tidak akan bisa mengerjakan sesuatu pun di negerimu. Tetapi aku akan mencoba dan aku akan membuktikan bahwa aku juga sanggup mencari kehidupan di negeri itu sebagaimana orang – orang di sana.”
Dengan keheranan dia memandang kepadaku. Seolah mengukur tubuhku, melihat seekor binatang mengerikan yang baru kali itu dilihatnya. Tiba – tiba dia terduduk, menutup mukanya dengan kedua tangan.
“Tidak, aku tidak percaya. Perempuan apakah yang telah ku kawini ini?” setengah berbisik aku mendengar kata – katanya. ( halaman 148)
Sikapnya yang cengeng itu menggelikanku.
“Aku juga berpikir laki – laki apakah yang telah ku kawini ini? Dia terlalu lama bersendiri, terlalu mau memerintah, dan selalu mau menang sendiri!” kataku dengan suara ejekan yang tidak bias ku tahan lagi. “Aku mau supaya kita benar – benar memikirkan perceraian kali ini. Sesampai di Eropa aku akan tinggal sendiri. Kau bawa anakmu kalau kau mau, aku tidak membutuhkannya.”
Dan ku tinggalkan dia dengan segala pemikirannya kalau memang dia mau memikirkan sedikit mengenai hal kami berdu. Aku sudah terlalu kenyang akan sikapnya yang serba mau senang sendiri. Laki – laki itu bagiku tidak lain hanyalah sebuah onggokan daging yang sama sekali tidak menarik mataku. ( halaman 149)
Rencananya tetap. Aku amat jarang berbicara dengan dia. Setelah tinggal satu bulan di negeriku, kami terbang ke Saigon. Anakku dan aku mengambil kapal yang menuju ke Perancis. Dan Charles mencium keningku untuk perpisahan.
“Aku akan berusaha sampai di Marseille untuk menjemputmu,” katanya.
Sebetulnya aku tidak perlu menjawab . tetapi kebutuhan untuk menyakiti hatinya mendorongku untuk mengatakan sesuatu.
“Seperti kau mau. Tanpa kau kami juga bias turun dari kapal dan sampai di tempat yang kami tuju.”
“Mengapa kau menjadi sejahat ini?” tanyanya.
Aku mencibirkan bibir dengan tiada sadar
“Ka tau benar aku tidak akan bepergian dengan perempuan lain, tidak akan menemui perempuan lain di India.”
Oh, jadi dia mengiraku cemburu!
“Aku tidak peduli apa yang kau kerjakan. Kau mau tidur dengan siapa pun, itu bukan lagi urusanku.”
Dia tertegun seperti hendak mengatakan sesuatu. Tapi aku menghindarinya. ( halaman 149)
Runtutan waktu – waktuku ku atur sebaik – baiknya. Pagi – pagi ku bawa anakku ke mamar bermain. Kemudian aku kembali ke kabin untuk mengerjakan cucian atau menggosok pakaian di ruang seterikaan yang ada di bagian belakang kapal. Sesudah itu aku biasanya duduk – duduk di geladak membaca buku, bercakap – cakap dengan penumpang lain, dengan Marianne, Tuan Haller yang semakin hari menjadi semakin perhatian, bermain kartu dengan Nyonya Bucler atau menulis surat. ( halaman 156)
Aku mendapat beberapa orang kawan yang baik pada hari ketiga di kapal. Penumpang – penumpang kulit putih kebanyakan berjemur di bawah panas matahari untuk mendapatkan warna kecoklatan seperti kulitku. Ini menjadi tontonan yang paling ku senangi. Tidak hentinya mereka mengejekku karena aku takut akan menjadi hitam. Kalau berjalan di ata geladak, aku mencari tempat – tempat yang lindung. Dengan serta merta mereka tertawa dan menarik – narikku ke bagian yang kena panas. ( halaman 156)
Keesokan harinya kapal sampai di Kolombo. Marianne dan keluarganya turun. Sebagian besar penumpang mencatatkan diri untuk menyertai tamasya yang diadakan oleh perusahaan kapal. Mereka mengunjungi pulau Sri Lanka, dan akan kembali ke pelabuhan keesokan harinya. Aku tidak turut dengan mereka, karena tidak ada yang menjaga anakku. ( halaman 163)
Pada malam hari ku lihat ruang makan lengang. Di sudut sebelah kiri hanya ada dua orang. Sedangkan di sebelah kana nada seorang wanita tua bangsa Swedia, dan aku seorang diri di mejaku. Nyonya Bucler juga telah turun untuk kemudia menemui anaknya di Kalkuta. Tuan Haller mengikuti rombongan tamasya. Di tengah ruang ku lihat keempat perwira lengkap. Komandan Muret tidak kelihatan. Aku biasa makan sendirian. Tetapi di kapal, itu adalah kali yang pertama. ( halaman 164)
Sesudah makan, aku menerima ajakan Nyonya bangsa Swedia untuk minum kopi bersama – sama. Percakapan dengan dia tidak mudah karena dia hanya mengerti bahasa inggris dan perancis sedikit – sedikit. Aku mengambil air sereh karena malam hari aku tidak suka minum kopi. Sebentar – sebentar mataku tidak dapat tertahan melayang ke meja panjang dimana di dekatnya terletak bar kapal. Dia bersama perwira – perwira lain minum kopi di sana. Setelah cangkirku kosong, aku mengucapkan selamat malam kepada kawan semejaku, lalu menuju ke salon untuk membaca buku sambil mendengarkan musik. Ku pilih tempat dudukku yang biasa, di sudut dari mana aku bisa melihat ke luar, jauh dari pintu masuk. Selintas – selintas ku lirik bayangan celana dan sepatu putih yang hilir mudik dari sebelah kaca. Perwira – perwira kapal sedang melakukan olah raga gerak jalan sesudah makan malam. ( halaman 164 )
Sementara aku tenggelam ke dalam cerita bukuku, ku dengar pintu terbuka suara:
“Seluruh kapal ini milik Anda, Nyonya.”
Aku menegakkan kepala. Ku lihat dia berjalan ke arahku sambil tersenyum.
“Mengapa?” hanya itulah yang dapat ku ucapkan.
“Karena Nyonya adalah satu – satunya penumpang sekarang.”
“Tadi ada lain – lainnya di kamar makan.”
“Mereka baru turun ke kota.”
Kami berpandangan seperti dua orang yang saling mengenal sejak berpuluh tahun; tanpa kekenesan, tanpa rabaan, baru kali itulah aku melihatnya baik – baik dari dekat. Dadaku tiba – tiba memanas.
“Apa yang anda baca?” katanya, dan diambilnya buku dari pangkuanku, lalu duduk di sampingku.
“Anda gemar sekali membaca,” nada suaranya tidak bertanya.
“Gemar sekali,” jawabku.
“Saya lihat Anda selalu menyendiri di pojok dengan sebuah buku.”
Aku menegakkan kepala untuk benar – benar menatapnya.
“Anda mengetahui benar kebiasaan saya.”
“Semuanya,” katanya, pada mukanya terbayang kegembiraannya karena dapat mengejutkanku. “Anda sering bersama – sama dengan seorang Nyonya yang berkulit cokelat. Dia turun di sini saya kira.”
“Ya, tadi pagi dia sudah turun.”
Sekali lagi ku perhatikan kepuasan perasaannya.
“Satu hal lagi. Anda adalah satu – satunya penumpang yang pernah menari dengan baik di kapal ini.”
Aku tersenyum. Kami bersama – sama tersenyum sambil berpandangan; wajahnya, matanya. Rambutnya kelam seperti malam, tersembunyi di bawah topi kerjanya. Kami kemudian berbicara mengenai buku – buku, musik, dan apa saja yabg singgah di pikiran pada waktu itu. Dia mengajakku naik ke kamarnya untuk mengambil buku yang telah dibacanya, yang dikiranya aku akan menyukainya. Kamarnya seperti kamar perwira – perwira lainnya terbagi dua bagian: kamar kerja dan kamar tidur. Aku duduk di kursi kamar kerjanya sebentar, lalu kami kembali turun ke salon.
“Anda juga mengikuti siaran – siaran musik klasik pada sore hari?” dia bertanya.
“Selalu.”
“Kalau anda mau melihat – lihat bagian bawah, besok pagi sesudah jam sepuluh saya antar.”
Aku berterima kasih atas janjinya. Lalu kami berpisah. Aku kembali ke kamarku. Hatiku dipenuhi rasa bahagia dan kerinduan yang berkecamuk tidak menentu. Aku mencintainya, bisikku seorang diri. Setiap ku tatap matanya, ku lihat ada sinar yang menyala dan menghanguskan seluruh kesadaranku. ( halaman 165)
Sehabis makan malam aku ke salon. Aku tahu dia akan datang, dan pengetahuan ini membikinku semakin tak sabar menantikannya. Dan sewaktu dia mengajakku naik ke tempatnya untuk mengambil buku lain, aku tahu bahwa aku seharusnya tidak menyetujuinya. Tetapi aku naik ke kamarnya. Ku lihat dia mengunci pintu dengan ketenangan yang kekal. Dia meletakkan kunci tersebut di depanku dan menatap wajahku. Untuk kesekian kalinya kami berpandangan. Dan begitulah. ( halaman 173)
“Aku telah mengkhianati suamiku,” seperti membutuhkan pengakuan, aku berkata perlahan.
“Ini yang pertama kalinya?”
Aku mengangguk.
“Kau menyesal?”
Benarkah aku menyesal? Aku tidak menyesalinya. Kebahagiaan yang baru ku kecap bersamanya belum pernah ku rasakan. Seolah baru sekali itulah aku benar – benar mengenal kedalaman arti hidup antara laki – laki dan perempuan.
“Aku tidak mengetahui namamu?” kataku kemudian. ( halaman 174)
Kami berpandangan, seolah hendak menerobos isi hati masing – masing.
“Kau lihat namaku di daftar penumpang. Panggillah aku Michel.
“Michel,” ulangku setengah berbisik.
“Dan kau, kau adalah penariku.”
Aku hendak menyebutkan namaku, tetapi dia meneruskan bicaranya.
“Ketika ku lihat kau menari, aku seperti seperti melihat sebuah boneka dalam mimpiku. Jauh sekali, tetapi terang dan keemasan. Aku boleh menyebutmu bonekaku yang mungil bukan?”
Aku tersenyum. Aku bahagia. ( halaman 175)
Di Marseille, Charles menunggu kami. Ketika dia secara kesopanan hendak mencium pipiku di geladak, aku hampir memalingkan mukaku. Yang ku temui adalah seorang laki – laki yang semakin menggendut perutnya. Keringatnya tajam berbau besi tua. Tangannya selalu bertengger dengan pongahnya di pinggang. Kalau berbicara jarinya mengacung ke depan hampir menyentuh hidungku. Aku dengan kecut mengundurkan diri satu atau dua langkah sambil menoleh untuk menyembunyikan rasa muak. ( halaman 181)
*****
BIOGRAFI PENGARANG
NH. Dini lahir pada tanggal 29 Februari 1936 di Semarang. Setelah tamat SMA bagian sastra ( 1956), mengikuti Kursus Pramugari Darat GIA Jakarta ( 1956), dan terakhir mengikuti Kursus B-I Jurusan Sejarah ( 1957). Tahun 1957-1960 bekerja di GIA Kemayoran, Jakarta. Setelah menikah dengan Yves Coffin, berturut – turut Ia bermukim di Jepang, Perancis, Amerika Serikat, dan sejak 1980 menetap di Jakarta dan Semarang.
Karyanya : La Barka ( 1975), Namaku Hiroko ( 1977), Keberangkatan (1977), Sebuah Lorong di Kotaku (1978), Padang Ilalang di Belakang rumah (1979), Langit dan Bumi Sahabat Kami (1979), Sekayu (1981), Amir Hamzah Pangeran dari Seberang (1981), Kuncup Berseri (1982), Tuileris ( 1982), Segi dan Garis (1983), dan Orang – orang Tran (1985). Terjemahannya: Sampar ( Karya Albert Camus, La Peste, 1985).Judul : Pada sebuah Kapal
Karangan : NH. Dini
Cetakan : Kedua, Tahun 1988
Tebal : 350 halaman
A. Sinopsis novel “Pada Sebuah Kapal”
Sri dilahirkan dari keluarga sederhana yang sangat menyenangi seni. Ayahnya adalah seorang pelukis. Sejak kecil, dia dimasukkan ke sekolah tari. Sri adalah anak bungsu dari lima bersaudara. Mereka hidup dengan rukun di sebuah desa kecil yang terdapat di Semarang.
Saat umurnya tiga belas tahun, ayahnya meninggal dan setelah selesai sekolah menengah atas, Sri bekerja sebagai penyiar radio yang terdapat di kotanya.selama tiga tahun menjadi penyiar radio, ia mulai merasa jenuh dengan pekerjaannya. Sri mencoba mengikuti pendidikan pramugari yang ada di kota tersebut dan akhirnya mendapat kesempatan untuk diuji di Jakarta. Tapi sayang, ia tidak lulus menjadi pramugari disebabkan adanya penyakit yang terdapat di dalam paru – parunya. Setelah berobat, Sri harus istirahat selama tiga bulan dan ia memilih sebuah desa di Salatiga untuk menyembuhkan penyakitnya.
Setelah sembuh, Sri mencoba untuk hidup di Jakarta walaupun tidak menjadi pramugari. Ia yakin dengan bakat yang dimilikinya ia dapat hidup di Jakarta. Ia tinggal di rumah pamannya yang sebelumnya ditempati oleh kakaknya, Sutopo yang telah lebih dulu ke Jakarta. Kini Sutopo telah mempunyai rumah di Jakarta.
Di Jakarta ia bekerja sebagai penyiar radio dan penari untuk acara – acara istana. Di gedung latihan itu, Sri menyukai seorang laki – laki. Namanya Basir. Tapi perasaannya bertepuk sebelah tangan. Di sisi lain, Yus sangat mencintainya dan ingin menikah dengannya. Tapi Sri tidak begitu menyukai Yus, karena komunis. Selain itu ada Narti, teman kecil Sri waktu sekolah dasar yang sekarang menjadi pramugari. Narti sering main ke rumah paman Sri untuk mengunjunginya. Narti memperkenalkan kedua teman yang bekerja di angkatan udara kepada Sri, mereka bernama Saputro dan Mokar.
Pertemanan Sri dan Suparto awalnya biasa – biasa saja. Seperti biasanya, sikap Saputro sangat lembut dan perhatian. Dari sikapnya itu, Sri mulai jatuh hati dengan sosok Saputro. Kedekatan antara Sri dengan Saputro semakin dekat setelah mereka bertemu di acara Malam Kesenian Kongres Pemuda se-Asia. Dari pertemuan itulah, keduanya yakin kalau mereka saling mencintai. Saputro memiliki jadwal penerbangan yang tidak menentu sehingga kedatangannya tidak dapat diperkirakan oleh Sri. Setelah Saputro selesai mengikuti pendidikan di Cekoslovakia, mereka memutuskan untuk tunangan dan segera menikah. Setelah kembali dari Cekoslovakia, Saputro menemui Sri dan memberikan sebuah cincin sebagai tanda pengikat diantara mereka. Malam itu pun mereka habiskan bersama.
Seperti biasanya Saputro harus melakukan penerbangan dengan jadwal yang tidak dapat dipastikan. Walaupun jarak yang jauh, mereka telah menyiapkan segala sesuatu untuk pernikahan. Tapi kebahagiaan yang sebentar lagi akan diraih oleh Sri harus bergantikan air mata, karena Saputro tewas saat penerbangan dari Bandung menuju Jakarta karena cuaca yang buruk.
Kabar ini sangat melukai hati Sri. Dia seperti tidak memiliki semangat hidup, dan dia memutuskan untuk menenangkan diri. Dalam kesedihannya, Carl selalu menghibur Sri. Carl adalah teman Sutopo yang sebenarnya dia juga mencintai Sri. Namun ada satu hal yang tidak disukai Sri dari Carl, dia terlalu sombong dengan kekayaan yang dimiliki olehnya walaupun sikapnya baik terhadap Sri.
Sepuluh bulan setelah wafatnya Sutopo, Sri memutuskan akan menikah dengan Charles yang berkebangsaan Perancis. Charles adalah seorang diplomat yang sangat tertarik dengan kebudayaan. Keputusannya untuk menikah dengan Charles ditentang oleh keluarga, terutama Sutopo. Kakaknya itu tidak setuju kalau Sri menikah dengan Charles. Sutopo yakin Sri tidak akan bahagia menikah dengan Charles karena Sri belum begitu mengenal Charles. Namun Sri tidak peduli dengan nasehat keluarga. Ia tetap menikah dengan Charles dan kewarganegaraannya menjadi Perancis. Setelah menikah, mereka bermukim di Kobe, Jepang. Kehidupan rumah tangga Sri tidak bahagia, Charles yang pada awalnya baik, perhatian sebelum menikah, kini berubah menjadi seorang yang pemarah, pelit, dan suka membentak – bentak. Sri yang sejak awal tidak mencintai Charles, menjadi semakin benci karena sikap yang ditunjukan Charles. Dari Charles, Sri melahirkan seorang anak perempuan.
Pada kesempatan liburan, Charles mengajak anak dan istrinya untuk melakukan perjalanan ke beberapa Negara. Setelah dari Indonesia, mereka berangkat ke Saigon. Di sana Charles Menyuruh kepada istrinya untuk melakukan perjalanan dengan kapal. Sementara dirinya akan mengunjungi beberapa Negara yang akan dikunjunginya. Sri tidak keberatan melakukan perjalanan dengan kapal berdua dengan anaknya yang masih berumur dua tahun. Karena dia tidak pernah mengharapkan suaminya yang pemarah itu. Hanya kewajibanlah yang mengikat Sri untuk setia terhadap suaminya.
Perjalanan dari Saigon menuju Marseille membutuhkan waktu yang lumayan lama, sekitar tiga bulan. Di kapal itulah Sri bertemu dengan Michel, seorang komandan kapal yang juga kecewa dengan istrinya. Sejak pertama melihatnya, Sri sudah tertarik karena sikapnya dan pada beberapa kesempatan, mereka bertemu. hubungan antara Sri dengan Michel semakin dekat setelah acara pesta dansa. Sejak itu mereka sering bertemu dan cinta pun tumbuh diantara mereka berdua. Awalnya Sri berpikir untuk selalu setia terhadap suaminya yang tidak pernah dicintainya, tapi Sri juga berhak untuk mendapatkan kebahagiaan. Dia sangat mencintai Michel, dan Michel pun demikian. Sosok Michel mengingatkan Sri pada cintanya yang telah hilang. Selama perjalanan itulah dia menemukan kebahagiaan yang selama ini tidak pernah dirasakan olehnya.
Setelah sampai di Marseille, Charles sudah menunggunya dan Sri pun harus berpisah dengan kekasihnya Michel. Setelah pekerjaan suaminya selesai, mereka kembali ke Kobe. Kehidupan Sri berjalan seperti biasanya. Setelah sekian lama tidak bertemu, akhirnya Michel mengabarkanakan lewat telegram bahwa dia akan ke Yokohama. Sri sangat gembira mendengar kabar ini. Akhirnya Michel dan Sri bertemu, mereka saling mencintai dan pada kesempatan – kesempatan yang jarang itu mereka selalu menghabiskan waktu bersama. Sri dan Michel menyadari akan keterikatan mereka terhadap pernikahan yang mereka jalani dengan pasangan masing – masing. Namun keadaan itu tidak menghalangi cinta keduanya. Sri sadar akan kehidupan Michel, dan dia akan selalu mencintai Michel.
B. Unsur Intrinsik novel “Pada Sebuah Kapal”
1. Tema
Perselingkuhan yang disebabkan oleh ketidakharmonisan dalam rumah tangga dan ketegaran dalam menghadapi semua masalah yang dihadapi dalam hidup.
2. Latar atau Setting
a. Semarang
b. Jakarta
c. Kobe, Jepang
d. Kapal
e. Perancis
f. Yokohama
3. Alur atau Plot
a. Tahapan Permulaan
Sri dibesarkan dalam keluarga yang kental dengan darah seniman. Dia adalah anak bungsu dari lima bersaudara. Seperti kakak – kakaknya, dia dimasukkan ke sekolah tari oleh ayahnya. Saat umurnya tiga belas tahun, ayahnya meninggal. Setelah selesai dari sekolah menengah atas, Sri bekerja sebagai penyiar radio yang ada di kotanya, Semarang. Tiga tahun menjadi penyiar radio, Sri mulai merasa jenuh. Dia mencoba mengikuti pendidikan pramugari dan akhirnya mendapat kesempatan untuk diuji di Jakarta. Sri mengikuti berbagai macam tes. Hasil tes dapat diketahui beberapa bulan kemudian. Berdasarkan hasil tes yang diterima, Sri mengidap penyakit paru – paru, sehingga dia tidak diterima menjadi pramugari. Sri melakukan pengobatan dan istirahat total dari pekerjaannya selama dua bulan. Dia memilih tinggal di Salatiga untuk menyembuhkan lubang yang terdapat di paru – parunya. Setelah sembuh, Sri memutuskan pergi ke Jakarta. Dia tinggal di rumah pamannya yang dulu ditempati Sutopo, kakaknya yang telah lebih dulu ke Jakarta. Sekarang Sutopo memiliki rumah sendiri di Jakarta.
b. Tahapan Pertikaian
Selain bekerja sebagai penyiar radio, Sri menjadi penari untuk menari di istana pada perayaan – perayaan tertentu. Rekan – rekan kerjanya, sebagian tidak menyukai Sri, namun Sri tetap sopan terhadap mereka dan bersabar menghadapi semuanya. Di Jakarta, Sri bertemu dengan teman kecilnya waktu sekolah dasar, namanya Narti. Sekarang Narti bekerja sebagai pramugari. Dia sering menemui Sri untuk sekedar makan atau nonton film. Dari Narti, Sri mengenal Mokar dan Saputro yang merupakan pilot angkatan udara. Selain itu, Carl seorang warga negara asing, kawan Sutopo, dan Charles yang berkebangsaan Perancis yang sangat tertarik dengan kebudayaan. Setelah beberapa lama tinggal di Jakarta, Ibu Sri meninggal.
c. Tahapan Perumitan
Sri bertemu lagi dengan Saputro pada Malam Kesenian Pemuda se- Asia. Pada saat itu Sri merasakan ada yang berbeda dalam dirinya, begitu melihat sikap Saputro yang seperti mencintanya. Padahal sebelum – sebelumnya mereka sering pergi bersama tapi bersama Narti dan Mokar. Sejak malam itu, keduanya semakin dekat dan menjalin kasih. Setelah merasa cukup, mereka memutuskan akan tunangan dan segera menikah setelah Saputro selesai mengikuti pendidikan di Cekoslovakia. Namun impian yang telah dirancang itu harus terkubur dalam – dalam, karena Saputro tewas saat penerbangan Bandung – Jakarta. Hati Sri hancur mendengar kabar buruk itu, Sri tenggelam dalam kesedihan. Di saat yang sulit – sulit itu, Carl selalu menghibur Sri, karena dari awal dia juga sudah menyukai Sri. Namun Sri menolak cinta Carl. Setelah sepuluh bulan kematian tunangannya, Sri memutuskan untuk menikah dengan Charles. Walaupun sebenarnya, dia idak mencintai Charles. Keputusan Sri untuk menikah dengan Charles tidak disetujui oleh keluarga, terutama kakaknya. Sutopo yakin kalau adiknya tidak akan bahagia jika menikah dengan Charles, karena Sri belum terlalu mengenal Charles dengan baik. Namun Sri keras kepala, Dia tetap menikah dengan Charles
d. Tahapan Puncak ( klimaks)
Setelah menikah dengan Charles, kewarganegaraan Sri berubah menjadi Perancis mengikuti suaminya. Mereka menetap di Kobe-Japang. Pernikahan Sri dengan Charles tidak bahagia, walaupun Charles selalu bilang mencintainya. Setelah menikah, sikap Charles berubah. Charles tidak lagi seperti yang dikenal Sri sebelum menikah. Sekarang Charles suka marah – marah dan membentak Sri. Sikap ini membuat Sri semakin membenci Charles. Dari Charles, Sri melahirkan anak perempuan. Saat umur anaknya dua tahun, Charles mengajak istrinya berkunjung ke beberapa Negara. Setelah satu bulan berada di Indonesia, mereka terbang ke Saigon. Disana Charles meminta istri dan anaknya untuk melakukan perjalanan dengan kapal, sedangkan dirinya akan mengunjungi Negara – Negara yang ingin dikunjunginya.di kapal itulah Sri menemukan kebahagiaan yang selama ini telah hilang.
Dalam perjalanan dari Saigon menuju Marseille, Sri bertemu dengan seorang komandan kapal bernama Michel Dubanton. Sikap yang ditunjukkannya membuat Sri jatuh hati pada komandan tersebut. Dalam beberapa kesempatan, mereka bertemu dan mulai mengenal satu sama lain. Sri yang tidak bahagia dengan pernikahannya dengan Charles, dan Michel yang kecewa dengan istrinya Nicole, mencoba mencari kebahagiaan di luar pernikahannya. Perjalanan dari Saigon menuju Marseille merupakan hal ang sangat membahagiakan bagi Sri, walaupun dia tahu menghianati suaminya merupakan suatu kesalahan, tapi dia tidak menyesalinya.
e. Tahapan Peleraian
Setelah perjalanan berakhir, Sri dan Michel harus berpisah. Sri sangat sedih, dia menangis karena perpisahan mengingatkan dirinya akan seseorang yang telah meninggalkannya. Setelah urusan suaminya selesai, mereka kembali ke Kobe. Kehidupan Sri kembali seperti semula rumah tangganya dilalui dengan pertengkaran – pertengkaran. Sampai – sampai Sri memutuskan meminta cerai kepada suaminya dengan alasan sudah tidak mencintainya lagi. Tapi Charles menolak dengan alasan anak. Setelah beberapa lama tidak bertemu, Michel mengabarkan akan ke Yokohama dan kesempatan itu tidak disia – siakan oleh mereka.
f. Tahapan Akhir
Sri menyadari bahwa dia dan Michel terikat oleh pasangan masing – masing. Apalagi Michel adalah seorang pelaut ang sering jauh darikeluarga, di pasti sering bertemu dengan perempuan – perempuan dari berbagai negara yang mungkin saja menarik hatinya. Walaupun Michel harus mengkhianati cintanya, tapi Sri akan selalu mencintai Michel.
4. Sudut Pandang
Orang pertama. Karena dalam cerita, pengarang bertindak sebagai tokoh utama.
5. Penokohan
a. Sri : penuh semangat, tegar, keras kepala, sabar.
b. Michel : sabar, penyayang.
c. Saputro : sabar, penyayang.
d. Charles : pemarah, pelit, egois.
e. Sutopo : perhatian, suka menasehati.
f. Carl : baik hati, sedikit sombong.
6. Gaya Penulisan
Novel “Pada Sebuah Kapal” tidak jauh berbeda dengan novel – novel karya NH. Dini yang lainnya. Namun novel ini bukan merupakan kisah nyata yang dialami NH. Dini, walaupun menggunakan sudut pandang orang pertama dan seting tempat serta tokoh – tokoh yang diceritakan di dalam novel ini berkaitan dengan kehidupan NH. Dini. Dalam penulisannya, banyak terdapat gaya bahasa seperti personifikasi, hiperbola, dan simile.
7. Amanat
Manusia harus selalu sabar dalam menghdapi semua masalah kehidupan, harus mau menerima nasihat dari orang – orang terdekat, dan harus bertanggung jawab dengan langkah yang telah diambil.
Kutipan novel “Pada Sebuah Kapal”
*****
Malam itu aku seperti menandatangani suatu perjanjian. Waktu aku mengawininya, aku tahu bahwa aku tidak mencintainya. Tetapi aku berkata kepada diriku sendiri untuk mencintainya, aku kawin dengan dia karena aku suka padanya, dan karena aku takut. Aku sadar akan kehilanganku. Pemuda – pemuda di negeriku menganggap seorang wanita yang telah kehilngan kesuciannya sebagai sesuatu yang rendah. Aku tahu bahwa kawan – kawan Saputro mengetahui hubungan kami. Sebentar Nyoman nampak semakin mendekatiku. Beberapa kali dia membayangkan perhatiannya terhadapku. Tetapi aku tidak mau merubah rencana hidupnya. Apalagi karena aku tahu bahwa dia merasa tersiksa oleh kematian kawannya itu. Seolah tanggungjawabnyalah untuk memberiku kehidupan yang telah ku idamkan bersama Saputro. Mungkin Nyoman benar – benar mencintaiku. Tapi apakah arti perkataan “mungkin” bagiku sedangkan di lain pihak aku tahu benar bahwa Charles tidak dapat menunggu keputusanku untuk berangkat ke Jepang. Dan itulah sebabnya aku kawin dengan dia. Dia tidak kaya seperti Carl. Tapi darinya aku lebih berani mengharapkan kesetiaan daripada Carl. ( halaman 123)
Kadang – kadang aku berpikir apakah yang ku dapat dari perkawinan? Ataukah itu disebabkan oleh perkawinan campuran? Ataukah itu disebabkan oleh nasibku? Benarkah seperti kata Sutopo bahwa aku tidak cukup mengenal orang yang ku kawin? Tapi aku telah membacai surat – suratnya. Kini aku mengerti bahwa pikiran orang di surat sama sekali tidak bisa ditandai sebagai cerminan watak. Dan apakah sebenarnya yang ku ketahui dari Charles sebelum perkawinan? Pikiranku terlalu kalut ketika aku sadar bahwa Saputro meninggal dan tetap meninggal untuk tidak akan muncul kembali. ( halaman 124)
Anakku hampir berumur dua tahun. Dinas suamiku di negeri ini belum selesai. Tetapi dia diperbolehkan mengambil libur panjang, karena dia akan tinggal di tempat yang sama selama dua tahun lagi yang berarti setahun lebih lama daripada waktu dinas yang biasa. Rencananya amat berliku – liku. Kami akan bersama – sama menuju Indonesia dan tinggal di sana selama satu bulan. Dari sana kami ke Saigon, di mana Charles akan melepaskan kami, anakku dan aku, dengan sebuah kapal. Dia akan meneruskan perjalanan dengan pesawat terbang, melalui kota – kota di India yang telah lama ingin dikunjunginya. ( halaman 147)
Aku tidak berkeberatan mengadakan perjalanan seorang diri. Tetapi cara suamiku melepaskan kami hanya untuk bersenang – senang, ini tidak ku setujui. Beberapa kawan orang Perancis berkata bahwa tidak seharusnya membiarkan suamiku leluasa seorang diri. Aku dengan tenang menjawab bahwa aku mempercayai Charles. Yang mengkhawatirkanku hanyalah kemungkinan ada kecelakaan, akan garis nasib yang tidak bias kita ketahui. Tiba – tiba aku menjadi cemas akan hal ini. Dengan ragu – ragu aku mengatakannya kepada Charles.
“ Kau terpengaruh oleh omongan orang – orang Perancis itu.”
Tidak, tentu saja ini tidak benar. Tetapi aku berpikir seketika bahwa Charles akan tersinggung kalau mengetahui bahwa orang – orang itu bias mempengaruhiku, lebih daripada dia sendiri bisa menyuapkan pendapatnya kepdaku.
“Mereka memberiku pikiran untuk ku pertimbangkan. Aku memutuskan bahwa kau lebih baik tidak mengadakan perjalanan ke India kali ini. Kita akan ke sana bersama – sama.”
“Bersama – sama? Dengan anak kita? Kau akan membawanya di bawah panas terik matahari ke tempat – tempat yang liar semacam itu? Tidak!” katanya dengan tegas. “Aku akan berangkat sendiri.”
“Dia akan berumur tiga bulan lebih tua kalau kita kembali dari Eropa. Kita akan lebih leluasa mengajaknya kemana – mana.”
“Aku akan lebih leluasa bepergian sendiri,” katanya memutuskan bicaraku. ( halaman 147)
Dengan sedih aku memandang ke luar. Aku tidak pernah lagi memandangi wajahnya . bagiku segala yang membikinku sakit terkumpul di sana.
“Aku sudah memutuskan untuk pergi seorang diri, dan akan tetap terjadi demikian,” katanya lagi.
“Aku juga mempunyai keputusan,” kataku perlahan. “Kalau terjadi apa – apa dengan dirimu aku tidak akan menangisimu. Aku juga tidak akan mau bersusah payah langkahku terhambat oleh seorang anak kecil yang lahir dari kau. Dia akan ku berikan pada sebuah rumah penitipan anak – anak. Aku tidak mau membawanya bersamaku.”
Sebentar dia tidak bersuara seolah tidak mengerti apa maksudku.
“Bagaimana?” akhirnya dia bertanya.
“Kalau kau mati dalam perjalanan itu, anak kita akan ku masukkan ke rumah sosial.”
“Kau tidak bersungguh – sungguh. Kau gila!” serunya. Matanya melotot menatapku.
“Aku mengatakan apa yang ku pikir.”
“Aku tidak percaya!” dan dia memaksa merendahkan suaranya.
“Kau seorang ibu, hanya dari kaulah anakmu akan mendapatkan cinta yang sebenarnya. Aku tidak percaya.”
“Aku tidak peduli kau percaya atau tidak. Bagiku anakku merupakan penghambat yang besar kalau aku harus bekrja mencari nafkah di Eropa. Aku bukan lagi warga negara Indonesia dan aku tidak mau kembali ke negeriku untuk bekerja. Aku akan memilih negeriku yang kedua. Kau selalu berkata bahwa aku tidak akan bisa mengerjakan sesuatu pun di negerimu. Tetapi aku akan mencoba dan aku akan membuktikan bahwa aku juga sanggup mencari kehidupan di negeri itu sebagaimana orang – orang di sana.”
Dengan keheranan dia memandang kepadaku. Seolah mengukur tubuhku, melihat seekor binatang mengerikan yang baru kali itu dilihatnya. Tiba – tiba dia terduduk, menutup mukanya dengan kedua tangan.
“Tidak, aku tidak percaya. Perempuan apakah yang telah ku kawini ini?” setengah berbisik aku mendengar kata – katanya. ( halaman 148)
Sikapnya yang cengeng itu menggelikanku.
“Aku juga berpikir laki – laki apakah yang telah ku kawini ini? Dia terlalu lama bersendiri, terlalu mau memerintah, dan selalu mau menang sendiri!” kataku dengan suara ejekan yang tidak bias ku tahan lagi. “Aku mau supaya kita benar – benar memikirkan perceraian kali ini. Sesampai di Eropa aku akan tinggal sendiri. Kau bawa anakmu kalau kau mau, aku tidak membutuhkannya.”
Dan ku tinggalkan dia dengan segala pemikirannya kalau memang dia mau memikirkan sedikit mengenai hal kami berdu. Aku sudah terlalu kenyang akan sikapnya yang serba mau senang sendiri. Laki – laki itu bagiku tidak lain hanyalah sebuah onggokan daging yang sama sekali tidak menarik mataku. ( halaman 149)
Rencananya tetap. Aku amat jarang berbicara dengan dia. Setelah tinggal satu bulan di negeriku, kami terbang ke Saigon. Anakku dan aku mengambil kapal yang menuju ke Perancis. Dan Charles mencium keningku untuk perpisahan.
“Aku akan berusaha sampai di Marseille untuk menjemputmu,” katanya.
Sebetulnya aku tidak perlu menjawab . tetapi kebutuhan untuk menyakiti hatinya mendorongku untuk mengatakan sesuatu.
“Seperti kau mau. Tanpa kau kami juga bias turun dari kapal dan sampai di tempat yang kami tuju.”
“Mengapa kau menjadi sejahat ini?” tanyanya.
Aku mencibirkan bibir dengan tiada sadar
“Ka tau benar aku tidak akan bepergian dengan perempuan lain, tidak akan menemui perempuan lain di India.”
Oh, jadi dia mengiraku cemburu!
“Aku tidak peduli apa yang kau kerjakan. Kau mau tidur dengan siapa pun, itu bukan lagi urusanku.”
Dia tertegun seperti hendak mengatakan sesuatu. Tapi aku menghindarinya. ( halaman 149)
Runtutan waktu – waktuku ku atur sebaik – baiknya. Pagi – pagi ku bawa anakku ke mamar bermain. Kemudian aku kembali ke kabin untuk mengerjakan cucian atau menggosok pakaian di ruang seterikaan yang ada di bagian belakang kapal. Sesudah itu aku biasanya duduk – duduk di geladak membaca buku, bercakap – cakap dengan penumpang lain, dengan Marianne, Tuan Haller yang semakin hari menjadi semakin perhatian, bermain kartu dengan Nyonya Bucler atau menulis surat. ( halaman 156)
Aku mendapat beberapa orang kawan yang baik pada hari ketiga di kapal. Penumpang – penumpang kulit putih kebanyakan berjemur di bawah panas matahari untuk mendapatkan warna kecoklatan seperti kulitku. Ini menjadi tontonan yang paling ku senangi. Tidak hentinya mereka mengejekku karena aku takut akan menjadi hitam. Kalau berjalan di ata geladak, aku mencari tempat – tempat yang lindung. Dengan serta merta mereka tertawa dan menarik – narikku ke bagian yang kena panas. ( halaman 156)
Keesokan harinya kapal sampai di Kolombo. Marianne dan keluarganya turun. Sebagian besar penumpang mencatatkan diri untuk menyertai tamasya yang diadakan oleh perusahaan kapal. Mereka mengunjungi pulau Sri Lanka, dan akan kembali ke pelabuhan keesokan harinya. Aku tidak turut dengan mereka, karena tidak ada yang menjaga anakku. ( halaman 163)
Pada malam hari ku lihat ruang makan lengang. Di sudut sebelah kiri hanya ada dua orang. Sedangkan di sebelah kana nada seorang wanita tua bangsa Swedia, dan aku seorang diri di mejaku. Nyonya Bucler juga telah turun untuk kemudia menemui anaknya di Kalkuta. Tuan Haller mengikuti rombongan tamasya. Di tengah ruang ku lihat keempat perwira lengkap. Komandan Muret tidak kelihatan. Aku biasa makan sendirian. Tetapi di kapal, itu adalah kali yang pertama. ( halaman 164)
Sesudah makan, aku menerima ajakan Nyonya bangsa Swedia untuk minum kopi bersama – sama. Percakapan dengan dia tidak mudah karena dia hanya mengerti bahasa inggris dan perancis sedikit – sedikit. Aku mengambil air sereh karena malam hari aku tidak suka minum kopi. Sebentar – sebentar mataku tidak dapat tertahan melayang ke meja panjang dimana di dekatnya terletak bar kapal. Dia bersama perwira – perwira lain minum kopi di sana. Setelah cangkirku kosong, aku mengucapkan selamat malam kepada kawan semejaku, lalu menuju ke salon untuk membaca buku sambil mendengarkan musik. Ku pilih tempat dudukku yang biasa, di sudut dari mana aku bisa melihat ke luar, jauh dari pintu masuk. Selintas – selintas ku lirik bayangan celana dan sepatu putih yang hilir mudik dari sebelah kaca. Perwira – perwira kapal sedang melakukan olah raga gerak jalan sesudah makan malam. ( halaman 164 )
Sementara aku tenggelam ke dalam cerita bukuku, ku dengar pintu terbuka suara:
“Seluruh kapal ini milik Anda, Nyonya.”
Aku menegakkan kepala. Ku lihat dia berjalan ke arahku sambil tersenyum.
“Mengapa?” hanya itulah yang dapat ku ucapkan.
“Karena Nyonya adalah satu – satunya penumpang sekarang.”
“Tadi ada lain – lainnya di kamar makan.”
“Mereka baru turun ke kota.”
Kami berpandangan seperti dua orang yang saling mengenal sejak berpuluh tahun; tanpa kekenesan, tanpa rabaan, baru kali itulah aku melihatnya baik – baik dari dekat. Dadaku tiba – tiba memanas.
“Apa yang anda baca?” katanya, dan diambilnya buku dari pangkuanku, lalu duduk di sampingku.
“Anda gemar sekali membaca,” nada suaranya tidak bertanya.
“Gemar sekali,” jawabku.
“Saya lihat Anda selalu menyendiri di pojok dengan sebuah buku.”
Aku menegakkan kepala untuk benar – benar menatapnya.
“Anda mengetahui benar kebiasaan saya.”
“Semuanya,” katanya, pada mukanya terbayang kegembiraannya karena dapat mengejutkanku. “Anda sering bersama – sama dengan seorang Nyonya yang berkulit cokelat. Dia turun di sini saya kira.”
“Ya, tadi pagi dia sudah turun.”
Sekali lagi ku perhatikan kepuasan perasaannya.
“Satu hal lagi. Anda adalah satu – satunya penumpang yang pernah menari dengan baik di kapal ini.”
Aku tersenyum. Kami bersama – sama tersenyum sambil berpandangan; wajahnya, matanya. Rambutnya kelam seperti malam, tersembunyi di bawah topi kerjanya. Kami kemudian berbicara mengenai buku – buku, musik, dan apa saja yabg singgah di pikiran pada waktu itu. Dia mengajakku naik ke kamarnya untuk mengambil buku yang telah dibacanya, yang dikiranya aku akan menyukainya. Kamarnya seperti kamar perwira – perwira lainnya terbagi dua bagian: kamar kerja dan kamar tidur. Aku duduk di kursi kamar kerjanya sebentar, lalu kami kembali turun ke salon.
“Anda juga mengikuti siaran – siaran musik klasik pada sore hari?” dia bertanya.
“Selalu.”
“Kalau anda mau melihat – lihat bagian bawah, besok pagi sesudah jam sepuluh saya antar.”
Aku berterima kasih atas janjinya. Lalu kami berpisah. Aku kembali ke kamarku. Hatiku dipenuhi rasa bahagia dan kerinduan yang berkecamuk tidak menentu. Aku mencintainya, bisikku seorang diri. Setiap ku tatap matanya, ku lihat ada sinar yang menyala dan menghanguskan seluruh kesadaranku. ( halaman 165)
Sehabis makan malam aku ke salon. Aku tahu dia akan datang, dan pengetahuan ini membikinku semakin tak sabar menantikannya. Dan sewaktu dia mengajakku naik ke tempatnya untuk mengambil buku lain, aku tahu bahwa aku seharusnya tidak menyetujuinya. Tetapi aku naik ke kamarnya. Ku lihat dia mengunci pintu dengan ketenangan yang kekal. Dia meletakkan kunci tersebut di depanku dan menatap wajahku. Untuk kesekian kalinya kami berpandangan. Dan begitulah. ( halaman 173)
“Aku telah mengkhianati suamiku,” seperti membutuhkan pengakuan, aku berkata perlahan.
“Ini yang pertama kalinya?”
Aku mengangguk.
“Kau menyesal?”
Benarkah aku menyesal? Aku tidak menyesalinya. Kebahagiaan yang baru ku kecap bersamanya belum pernah ku rasakan. Seolah baru sekali itulah aku benar – benar mengenal kedalaman arti hidup antara laki – laki dan perempuan.
“Aku tidak mengetahui namamu?” kataku kemudian. ( halaman 174)
Kami berpandangan, seolah hendak menerobos isi hati masing – masing.
“Kau lihat namaku di daftar penumpang. Panggillah aku Michel.
“Michel,” ulangku setengah berbisik.
“Dan kau, kau adalah penariku.”
Aku hendak menyebutkan namaku, tetapi dia meneruskan bicaranya.
“Ketika ku lihat kau menari, aku seperti seperti melihat sebuah boneka dalam mimpiku. Jauh sekali, tetapi terang dan keemasan. Aku boleh menyebutmu bonekaku yang mungil bukan?”
Aku tersenyum. Aku bahagia. ( halaman 175)
Di Marseille, Charles menunggu kami. Ketika dia secara kesopanan hendak mencium pipiku di geladak, aku hampir memalingkan mukaku. Yang ku temui adalah seorang laki – laki yang semakin menggendut perutnya. Keringatnya tajam berbau besi tua. Tangannya selalu bertengger dengan pongahnya di pinggang. Kalau berbicara jarinya mengacung ke depan hampir menyentuh hidungku. Aku dengan kecut mengundurkan diri satu atau dua langkah sambil menoleh untuk menyembunyikan rasa muak. ( halaman 181)
*****
BIOGRAFI PENGARANG
NH. Dini lahir pada tanggal 29 Februari 1936 di Semarang. Setelah tamat SMA bagian sastra ( 1956), mengikuti Kursus Pramugari Darat GIA Jakarta ( 1956), dan terakhir mengikuti Kursus B-I Jurusan Sejarah ( 1957). Tahun 1957-1960 bekerja di GIA Kemayoran, Jakarta. Setelah menikah dengan Yves Coffin, berturut – turut Ia bermukim di Jepang, Perancis, Amerika Serikat, dan sejak 1980 menetap di Jakarta dan Semarang.
tsuharyati.blogspot.com/2008/10/resensi-novel-angkatan-66.html
Rabu, 04 Januari 2012
Keep spirit
Langganan:
Postingan (Atom)